Oke, izinkan saya memulai review ini dengan
mengutip kata – kata dari DR. Amelia Brand, tokoh wanita dalam film ini :“Love
is the one thing we`re capable of perceiving that transcends dimensions of time
and space, maybe we should trust that, even if we can`t understand it”.
Nolan`s brothers, sang sutradara dan penulis naskah
dari film ini pastilah sangat jenius, atau paling tidak mereka telah mampu
menemukan seni menggerakan atau memanipulasi manusia sehingga apapun yang
mereka buat dan kerjakan mampu menjadi sesuatu, mampu memberikan kesan, tidak
hanya menghadirkan tontonan yang akan dilupakan begitu kita berdiri bangkit
dari kursi kita ketika selesai menontonnya.
Film – film karya mereka, seperti
Inception, The Prestige, Memento, Following, Trilogy The Dark Knight (yang sudah saya tonton
) dan Insomnia (kalau yang ini belum, maafkan saya Om Nolan) sepertinya dibuat bukan hanya untuk selera pasar, namun lebih kepada
ambisi dan mungkin keinginan mereka untuk bersenang – senang, sehingga kita
sebagai penonton merasa di buat tersesat, kalau kata Bang Chan :“Nolan mah
gitu orangnya, kalo bikin film niatnya untuk bikin yang nonton bingung, hehe...”.
Namun seperti Donnie Darko dan film – film cult lainnya, hampir semua film
beliau masuk dalam kategori film yang akan terus menjadi perbincangan, di
antara para movie freak, bisa karena kekaguman ataupun kekecewaan ataupun
bahkan karena ketidak masuk akalannya film tersebut.
Interstellar, secara harfiah berarti perjalanan
antar bintang, artinya adalah film ini akan bergerak dan kemudian melaju
tentang cerita bagaimana bumi dimasa depan sudah terlalu rusak karena kadar
nitrogen meningkat di udara, bumi berdebu dan orang terakhir yang mati karena
kelaparan adalah orang pertama yang mati karena kehabisan oksigen, untuk itu
NASA secara diam – diam menyusun rencana untuk mencari tempat tinggal baru,
diantara bintang – bintang di angkasa luar.
Premis yang sangat sederhana
memang, jika saja didalamnya tidak ada Nolan`s Style ataupun segala macam
rumusan fisika, maka ini akan menjadi film biasa saja, namun ramuan dari
Nolanlah yang membuat film ini “hidup”, beruntung naskah ini tidak jatuh ke
tangan Michael Bay, yang dirumorkan kan menggarapnya, hehe..peace Om Bay...
Sama seperti film – film mindf*cking lainnya, maka
film ini tidaklah cukup jika hanya ditonton sekali, untuk itu saya akan
mereview berdasarkan dari pengalaman saya menonton, karena review ini bersifat
sangat subjektif maka sudah jelas bahwa apapun yang tertulis direview ini bisa
sangat dengan mudah dibantah.
Oke lets cekidot haha...SPOILER WARNING ALERT.
Setidaknya ada tiga garis besar yang saya tangkap
dari film ini yaitu :
1. Keindahan luar angkasa yang katanya hampir
mendekati kenyataan
2. Hubungan antara manusia dengan alam, manusia
dengan manusia dan perubahan dari sifat dasar manusia
3. Fisika dasar tentang dilatasi waktu, relatifitas
Einsten, time travel, dan rumusan fisika lainnya
Kita bahas yang pertama, yaitu keindahan luar
angkasa yang mungkin, saya ataupun teman – teman sekalian tidak akan pernah
dapat merasakannya secara langsung, namun kali ini saya berterimakasih pada
Nolan yang berhasil membawa saya kembali ke masa kecil ketika bercita – cita
menjadi astronot, rasanya luar biasa, bagaimana efek gambar yang dihasilkan
akan tetap membekas diingatan, mendengar raungan mesin Ranger yang akan
mengorbit, setelah sampai di orbit bagaimana semua suara menghilang, hanya
senyap, sepi, benar – benar diam, untuk ini thanks to Hans Zimmer yang telah
menata musik dalam film ini dengan sempurna. Belum lagi sosok robot AI jenius super duper canggih dan serba bisa, TARS dan CASE.
Gambar : therpf.com
Cerita berlanjut dengan bagaimana empat orang dalam
pesawat tersebut bekerja sama untuk merapat ke Endurance, sebuah pangkalan
pesawat diruang angkasa, untuk diajak mengarungi bintang – bintang. Oh iya,
empat orang ini adalah orang – orang terbaik dari bumi dibidangnya masing –
masing yaitu : Cooper sang
astronot dan pilot terbaik NASA yang masih tersisa, Amelia Brand seorang ahli
biologi yang cantik, Romily seorang fisikawan dan Doyle ahli geografi.
Perjalanan berlanjut ke Saturnus, disini kita disuguhkan pemandangan menakjubkan dari planet Saturnus oleh Nolan, awalnya saya kira itu hanya gambar Saturnus beserta cincinnya yang indah itu, namun lihatlah, dikanan bawah, berkedip kecil menyedihkan, itu adalah Endurance, seketika saya teringat ucapan Alfred dalam Batman Vs Superman kepada Bruce Wayne yang intinya adalah dulu orang menganggap bumi adalah pusat tata surya namun itu tidak lagi berlaku karena mataharilah pusatnya, lalu semenjak kedatangan Superman, kita tau bahwa kita tidaklah special di alam semesta ini.
Antusias meningkat seiring dekatnya mereka dengan
lubang hitam yang berada di dekat Saturnus, disana kita akan melihat bagaimana
reaksi tentang seorang yang menghabiskan hidupnya untuk mempelajari lubang
hitam dengan seseorang yang tidak pernah tau apa itu lubang hitam, hal ini
digambarkan dengan percakapan yang cukup menyenangkan antara Romily dan Cooper
hehe..
Kisah berlanjut dengan mereka memasuki lubang hitam
dan lihatlah betapa menakjubkannya, seolah ruang tergulung dan jarak bukan lagi
masalah. Dan yang paling menakjubkan adalah gambaran dari Gargantua yang sangat
indah.
Setelah itu kita dibawa berwisata ke planet –
planet asing, bayangkan sebuah planet dengan tarikan gravitasi 130% gravitasi
bumi yang semuanya berisi air, atau bayangkan sebuah planet yang 69 jam siang
dan 69 jam malam dengan gravitasi 80% bumi serta berudara ammonia dan mempunyai
awan beku. Dan jika itu belum cukup, Nolan masih memberi gambaran Gargantua
yang sangat indah, sangat menawan. Sebuah lubang hitam dengan aliran cahaya
yang membentuk cincin yang sangat mempesona. Dan petualangan ruang angkasa kita
berakhir disini hehe..
Selanjutnya poin kedua, masalah hubungan yang
dibangun oleh Nolan melalui film ini, disini saya melihat bahwa hubungan
anatara manusia dan alam mulai terganggu sehingga alampun memberi timbal balik
yang sangat tidak ramah, untuk itu diharapkan kepada kita agar selalu menjaga
serta berusaha memperbaiki alam ini, inilah bumi kita, inilah tempat tinggal
kita, ini rumah kita.
Sesungguhnya film ini bercerita tentang hubungan
antara seorang ayah dengan putrinya, hal ini dapat kita lihat dari Cooper dan
Murph serta DR. Brand dan Prof. Brand, mengapa saya katakan hubungan ayah
dengan putrinya? Sebab, walau dalam film ini Cooper juga mempunyai seorang anak
laki – laki, namun hubungan itu tidak terlalu di eksplor oleh Nolan, hal ini
menurut saya sangat relevan, karena bagaimanapun juga seorang perempuan
haruslah lebih diutamakan dari seorang laki – laki hehe..
Adegan menyenangkan dari film ini adalah ketika
Cooper bertemu dengan wali kelas Murph, percakapan mereka tentang pendaratan
dibulan seolah menegaskan kembali bahwa USA memang mengirim Neil Amstrong
kesana, lihat bagaimana Cooper malah akan mengajak Murph menonton baseball dan
membelikan permen ketika tau Murph akan diskors, karena bagi seorang anak, ayah
memanglah tempat untuk bersenang – senang.
Di film ini juga kita melihat sebuah transformasi
dari seorang yang dipuja sebagai pahlawan menjadi sosok yang sangat
menjengkelkan, yupz DR. Mann, orang yang menginspirasi 11 orang lainnya untuk
ikut dalam misi Lazarus dalam upaya pencarian rumah baru bagi umat manusia
diantara bintang – bintang harus menyerah dengan ketakutan yang ia sebut
sebagai insting bertahan hidup. Ia dengan sengaja menekan tombol sinyal dan
memanipulasi data agar ada yang menjemputnya, bukankah sebenarnya ini adalah
gambaran dari kehidupan kita sekarang? Ketika sudah terdesak terkadang kita
sering menggunakan berbagai cara agar dapat sampai ketujuan, sangat manusiawi
bukan?
Poin ketiga dan terakhir adalah masalah rumusan
fisika, sebelumnya mari kita buka bahasan ini dengan mengutip sedikit dari
Hukum Murphy :“if anything can go wrong, it will” yang kurang lebih bisa
berarti kalau sesuatu berpotensi terjadi maka itu akan terjadi. Saya rasa
inilah yang menjadi pokok penting dari semua rangkaian kegiatan di dalam film
ini. Dimulai dari kode biner di lantai yang terukir dari badai pasir yang
menuntun Cooper dan Murph ke fasilitas rahasia NASA hingga tulisan morse yang
dipecahkan oleh Murph sehingga menghasilkan kata "STAY" ini semua adalah efek
dari penjabaran Murphy`s Law. Bisa saja Cooper tidak jadi berangkat dan
mempercayai Murph untuk tetap tinggal, lalu karena Cooper tidak jadi berangkat,
maka siapa yang mengirim pesan "STAY" itu? Karena tidak ada yang mengirim maka
Cooper jadi berangkat, dan dapat mengirim pesan "STAY" tersebut, yupz, itu
paradox, makanya Nolan mendogmakan Murphy`s Law diawal film haha...semoga ini
menjawab tentang paradox yang seharusnya terjadi di film ini hehe..
Gambar : pinterest.com
Selanjutnya adalah masalah dilatasi waktu, teori mengatakan bahwa waktu bersifat relative, sehingga iya dapat memanjang dan dapat memendek, hal ini berlaku ketika dua orang, dalam film ini adalah Cooper dan Murph, dalam keadaan yang berbeda, Murph tetap tinggal dibumi, sedangkan Cooper bergerak melintasi angkasa bahkan melewati blackhole, maka dari itu, jam yang dikenakan Cooper akan melambat, hal inilah yang disebut relativitas waktu, contoh paling nyata adalah ketika Ranger turun ke planet Miller hanya dalam waktu 3 jam, namun Romily yang menunggu di Endurance telah merasakan 23 tahun, hal ini karena planet Miller lebih dekat ke Gargantua yang menyebabkan waktu bergerak lebih lambat.
Ini adalah dasar dari teori relativitas Einsten yang
menjadi dasar bagi Time Travel, namun dapat saya katakan bahwa film ini bukan
film tentang time travel, karena Cooper tidak melakukan perjalanan waktu
melainkan tersesat di Tesseract yang membuatnya bisa melihat dunia 5 dimensi
dalam keadaan 3 dimensi. Dan karena gravitasi dapat tembus melampaui ruang dan
waktu maka dia memanipulasi waktu dengan media gravitasi, ingat Murphy`s Law
diatas hehe...
Dan sepertinya sampai sini saya mulai pusing
haha...bukan tentang konsep yang ditawarkan Nolan dalam film ini, namun tentang
film ini sendiri, selalu ada celah untuk dipertanyakan dan selalu ada ruang
untuk diperdebatkan, terutama dengan Bang Chan, sosok yang tak percaya time
travel, haha...payo bang kita lanjutin diskusi...hehe...
Namun kenapa tidak kita akui saja, kalau kita
terpesona dengan film ini, mengutip kata DR. Brand diatas, “Maybe we should
trust that, even if we can`t understand it” hehe.. Terakhir, saya akan mengutip
kata – kata Jonathan Nolan, dan saya setuju 100% tanpa syarat bahwa “Buku”,
dalam film ini dilambangkan dengan rak buku di kamar Murph, adalah mesin waktu
yang sesungguhnya.
“it`s no coincidence that it`s a bookcase that is the
symbol for that sequence in the film, because there`s no better symbol for the
repository of information passed down from one generation to the next. Look at
anyone`s bookcase at home, no matter how modest, and you are going to find a
book that contains wisdoms or ideas or a language that`s a thousand years old.
And the idea that humans have created a mechanism to time travel, to hurl ideas
into the future, it sort a bookends. Book are a time machine.”
Nendra Pratama
Thank you bro nendra atas sumbangannya..artikel yang bagus serta film yang bagus juga..
BalasHapussama2 bang, saya juga terimaksih ada wadah buat nampung unek2 saya heheheh
BalasHapus