Diisi cast yang megah seperti Robert Downey Jr., Ben Stiller, Jack Black, Tom Cruise dan Matthew McCoughnagey, film ini adalah film komedi yang sangat layak untuk diganjar Piala Oscar. Karena apa yang disajikan dalam film ini adalah level teratas pada masing-masing bidangnya hingga menghasilkan film komedi dengan kualitas humor tertinggi. Dimulai dari screenplay unik yang dibuat oleh Ben Stiller sendiri bersama dan Justin Theroux (penulis Iron Man 2), yang mana full referensi pop culture seperti film dan dunia bisnis film itu sendiri, trend piala Oscar, serta banyaknya line sarkastik dan smart jokes menjadikannya salah satu film komedi satir terbaik yang pernah ada, plotnya juga punya klimaks yang keren.
Disutradarai oleh Ben Stiller sendiri, yang saya anggap mampu membuat para aktor menampilkan mimik komedi tanpa harus terlihat melawak. Selain itu juga dia berhasil membuat film ini tidak melenceng dari target utamanya untuk menyindir "rumah" mereka sendiri, yaitu Hollywood. Ada banyak sekali sindiran tentang bagaimana lika-liku konflik antara produser, sutradara, produksi, aktor dan agennya sendiri, namun disampaikan dengan cara yang "kelewat batas". Masing-masing punya tuntutan sendiri dan saling ego memaksakan untuk terwujud sesuai keinginan. Kesemuanya berperan menjadikan film ini sebagai salah satu film komedi terbaik yang pernah ada, maka dari itu layak diganjar Piala Oscar.
Tapi ironisnya, sesuai yang mereka sindir di dalam film ini, pihak Academy Awards sangat jarang memberikan apresiasi terhadap film dengan genre komedi. Mereka selalu saja memberikan penghargaan kepada film drama. Sampai kita bertanya-tanya, apakah kualitas sebuah film hanya ada di film drama? Apakah dibidang perfilman, yang punya skill itu hanya orang-orang yang buat film drama? Apakah akting yang berkualitas hanya ada pada peran drama seperti tokoh biografi, LGBT dan disabilitas? Apakah akting yang sulit itu hanya akting drama, ngomong seriusan, banyak-banyak dan panjang-panjang, trus nangis-nangis, desperate, marah-marah, stres, dan melamun? Ga juga kan. Akting komedi itu juga sulit lho, ga semua aktor bisa menyampaikan humor, ga semua aktor bisa melucu, trus ga semua sutradara bisa men-direct sebuah film komedi, dan ga semua penulis bisa menuangkan script yang kocak. Untuk mendapatkan plot komedi yang bagus juga perlu mikir kali, meras otak juga. Jika ada cancel culture, trend Oscar yang sangat mendiskriminasi genre selain drama inilah yang mau saya cancel. Oscar harus bisa men-diversity-kan genre film juga, bukan hanya diversity in gender dan ras doank. Harusnya ada perwakilan masing-masing genre film dalam setiap nominasi, terutama Best Picture. Masa iya dari 8-10 nominasi, semuanya drama.
Kembali ke filmnya, sinopsisnya adalah dalam sebuah proses syuting film perang yang bersetting hutan belantara, para aktor yang berperan tidak mampu memberikan akting terbaik mereka, sehingga membuat kerugian di pihak sutradara dan produser. Untuk itu, sutradara diberikan sebuah ide, yaitu menempatkan para aktor ini ke hutan beneran! Dengan tujuan agar mereka bisa meresapi suasana perang dan memberikan akting yang maksimal. Caranya adalah sutradara tersebut membohongi para aktor dengan bilang bahwa hutan tersebut adalah lokasi syuting. Pura-puranya para kru dan set produksi ditempatkan di lokasi tersembunyi, dan mereka harus tetap akting sesuai skenario karena tetap direkam dengan (pura-puranya lagi) hidden cam dimana-mana. Namun tanpa diduga, ternyata di dalam hutan tersebut terdapat markas mafia narkoba. Alhasil, kondisinya jadi "perang beneran". Ada tembak-tembakan dan ledak-ledakkan. Tapi lucunya, para aktor ini ga tau kalo itu adalah beneran, mereka tetap ngira kalo itu adalah bagian dari proses syuting. Akan ada pergolakan batin dan situasi yang serba canggung bagi mereka untuk tetap percaya melanjutkan syuting atau tidak. Lantas, gimana nasib mereka di dalam "perang" tersebut"? Inilah yang menarik, hasil dari ide yang unik.
Ada banyak WTF moment yang mengocok perut kita, smart jokesnya juga lucu-lucu, kalo kalian tau siapa yang disindir, apa dari maksud jokes tersebut. Karakter tokoh-tokohnya juga unik. Kalian ga akan percaya melihat aksi "Tony Stark" si Iron Man disini yang berperan sebagai Lazarus, aktor yang melakukan operasi pigmen kulit hitam, untuk dapat meresapi perannya sebagai tentara berkulit hitam. Saking meresapinya, aktingnya pun sampe disebut melebihi orang hitam itu sendiri, gaya ngomongnya yang ala-ala black people brotherhood, nada suaranya yang sok diberat-beratin, dan kebiasaan memberikan quote atau kata-kata bijak ceramah motivasi seperti peran-peran aktor kulit hitam Morgan Freeman atau Samuel L. Jackson.
Kemudian ada Ben Stiller yang menjadi aktor populer film-film komersil "standar" bernama Speedman, ibarat Dwayne "The Rock" Johnson jaman sekarang lah. Dibalik kesuksesannya di film-film ringan, dia penasaran dengan Piala Oscar, dia ingin sekali dapetin piala tersebut sehingga membuatnya pernah mencoba mengambil peran yang selalu disukai oleh si Oscar, ya (salah satunya) peran disabilitas (intelektual). Sayangnya, meskipun dia telah sangat total mendalami peran orang terbelakang ini, masih aja gagal mendapatkan piala Oscar. Lucunya, ada smart jokes terselubung saat dia ngobrolin tentang hal ini kepada Lazarus, dimana dia bilang dia sangat mendalami peran sebagai orang bodoh hingga dia lupa diri bahwa dia bukan orang bodoh, dan itu diomonginnya saat dia "beneran" bertindak bodoh dengan bersikeras mempercayai bahwa bahwa ini adalah set lokasi syuting, padahal temen-temennya yang lain udah bilang bahwa ini perang beneran cuk dan mereka harus kembali! Tapi bodohnya si Speedman ini masih aja sok melanjutkan perjalanan dengan tetap berperan sebagai tentara. Jadi apa yang diomonginnya tuh secara ga langsung nyindir dirinya sendiri kala itu, sampe-sampe si Lazarus pun ngasih clue: "Dude, peran orang bodoh itu bukan sepenuhnya bodoh lho, dia tu pandai cuma terliat bodoh aja", masih aja si Speedman ini ga ngeh.
Selanjutnya ada Jack Black, yang memerankan "dirinya sendiri", yaitu aktor gendut yang selalu berperan dalam film komedi, yang menyematkan citra "konyol" di benak penonton jika berbicara tentang dirinya, orang-orang hanya ingin kekonyolannya, ga perduli dengan kehidupannya.
Yang tidak diduga adalah Tom Cruise, ga nyangka dia berperan sebagai produser gendut, botak dan galak. Bener-bener diluar "kebiasaannya" yang selalu berperan ganteng nan charming. Meskipun begitu, tak membuatnya getir, dia berhasil menunjukkan kegarangannya dengan baik. Di sampingnya ada Mattew McCoughnagey yang berperan sebagai agen dari Ben Stiller tadi, ga banyak yang dapat di eksplore dari aktingnya yang minim screentime. Nilai plus dapat diberikan kepada aktor sampingan, Jay Baruchel dan Brandon Jackson, yang meskipun dengan porsi sebagai pendukung, tapi berhasil mencuri simpati penonton, dari mereka juga lah hadir jokes yang udah difondasiin dari awal cerita.
Beberapa smart jokes dalam film ini hanya dapat dimengerti oleh penonton yang memang aware ama apa yang dimaksud, terutama dunia showbiz itu sendiri, misalnya tentang trend per-Oscar-an, lalu sekuel film yang ga abis-abis dibuat, lalu film LGBT, dan kehidupan pribadi tiap aktor. Bagi penonton yang ga ngikutin topik tersebut diatas, maka mungkin scenenya ga akan jadi ga lucu bagi mereka, gagal membuat mereka tertawa. Tapi bagi yang tau, maka itu akan menjadi punch-line yang membuat kita tak henti-henti ngakak. Selain komedi, unsur actionnya juga cukup seru, dan ada adegan yang super keren dan epic yang sayang untuk dilewatkan. Sekian dulu review kali ini, sampai jumpa di review selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar