Bagi temen-temen yang sudah nonton film The Wailing mungkin ada diantara kalian yang bertanya-tanya tentang ending dari film ini. Beberapa dari kita bahkan mungkin punya interpretasi sendiri. Disini kami akan mencoba memberikan penjelasan tentang apa aja yang terjadi dalam film The Wailing. Apa saja dia? Akan kita bahas disini.
Sebelum lanjut, kami pastikan bahwa ini hanya untuk yang udah nonton aja, karena penuh dengan spoiler, jadi buat temen-temen yang belum nonton filmnya bisa baca review non spoilernya di link yang
ini. Dan buat yang udah nonton, yuk simak penjelasan ini sampai habis.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Dukun Il-Gwang ternyata adalah temennya kakek Jepang. Ini dibuktikan dengan adegan ending yang memperlihatkan dukun Il-Gwang bongkar muat box kardus yang isinya adalah foto-foto para korban. Dalam video alternate ending, scene-nya malah dengan gamblang memperlihatkan dukun Il-Gwang menjemput kakek Jepang pake mobilnya. Ini juga dibuktikan dengan celana dalam yang mereka pakai sama. Mereka berdua berteman, bekerja sama untuk menjalankan semacam ritual pengambilan roh untuk memberi "makan" sang iblis, dan sekalian menjadikannya bisnis. Si kakek Jepang menebar santet kepada warga, warga kemudian nyewa dukun Il-Gwang untuk ngusir santet. Il-Gwang hanya perlu berpura-pura dan berbohong kepada warga dengan bilang bahwa dia akan melawan si kakek Jepang. So, mereka dapat uangnya, dapat rohnya juga, beginilah model bisnis konspirasi yang mereka jalankan. Roh korban mereka ambil melalui perantara kamera. Mereka mempercayai bahwa kamera dapat mengambil dan menyimpan roh-roh para korban setelah di jepret.
Siapa sebenarnya si kakek Jepang ini?
Sang kakek sebenarnya adalah manusia, namun ia sesekali dirasuki oleh iblis yang merupakan "tuan" mereka berdua. Ketika dalam mode manusia, sang kakek adalah seorang dukun juga, tapi dukun hitam alias jahat, yang bertugas menebar teror ke desa lewat santetnya. Ia melakukan ritual santet terhadap korban melalui perantara benda yang ia ambil, seperti sepatu Hyo Jin. Setelah korban kena santet maka korban akan mulai mengalami gejala ruam merah pada kulit mereka, lalu beberapa waktu kemudian mereka kehilangan kewarasan dan melakukan pembunuhan terhadap anggota keluarganya sendiri.
Ketika dalam mode "iblis", sang kakek menjelma menjadi sosok iblis beneran yakni yang kukunya panjang, mata merah dan mempunyai tanduk. Dalam mode iblis ini ia tidak bisa dibunuh, hal ini dibuktikan oleh dirinya yang hidup kembali setelah tertabrak mobil pick-up yang dikemudikan Jong Goo dan kemudian dibuang ke jurang. Iblis ini tidak hanya merasuki si kakek, tapi juga bisa merasuki orang lainnya. Ini dibuktikan dari scene perkelahian Jong Goo dkk melawan zombie yang tak bisa mati-mati setelah dihajar oleh mereka, karena di dalam zombie ini ada iblis tersebut.
Lalu siapa wanita yang berpakaian putih itu?
Ada 2 interpretasi atas sosok ini. Yang pertama dia adalah jelmaan malaikat atau sosok yang "diisi" oleh roh baik. Yang kedua, dia adalah dukun putih alias dukun baik, dalam film ini sebagai lawan si dukun hitam. Apapun interpretasinya, yang dia lakukan adalah sama, yaitu melindungi warga desa dengan segala kemampuan yang dia bisa, seperti menaruh benda dan tanaman yang udah dijampi-jampi sebagai jimat pelindung. Untuk melindungi warga yang sedang "diserang" oleh dukun hitam, dia juga harus mengambil benda milik warga tersebut, yang digunakannya sebagai perantara ilmunya. Contohnya seperti cardigan milik wanita penghibur, jaket milik sopir pick up, dan pita milik Hyo Jin.
Tes keimanan
Di ending, wanita ini bertemu dengan Jong Goo dan memintanya untuk percaya kepadanya dan menuruti perkataannya untuk tidak masuk kerumah agar jimatnya berhasil. Ini adalah simbol dari ujian ke-iman-an seseorang, untuk dapat percaya pada sesuatu tanpa harus melihat, representasi dari keyakinan manusia terhadap adanya tuhan. Tuhan memerintahkan sesuatu untuk kebaikan manusia itu sendiri tapi acap kali diabaikan. Begitu pula di film ini, diwakilkan lewat Jong Goo yang gagal melewati ujian ini. Jong Goo melihat beberapa benda korban yang melekat dibadan wanita itu, seperti jaket dan cardigan, maka ia menganggap bahwa wanita itu adalah pelakunya. Saat itu Jong Goo memang baru saja dihasut oleh Il-Gwang yang berbohong bahwa wanita itu adalah dukun jahatnya. Jong Goo yang tunduk kepada ucapan tersebut akhirnya tidak mengindahkan permintaan wanita itu di detik-detik terakhir saat ayam akan berkokok ketiga kali, Jong Goo malah pergi masuk rumah. Alhasil upaya wanita ini meminta kepercayaan kepadanya menjadi sia-sia.
Jika kita perhatikan lebih detail, jimat dari wanita ini juga dapat kita jumpai di awal-awal film saat Jong Goo mendatangi kasus pembunuhan pertama. Bukti bahwa wanita itu adalah dukun baik dan melawan ilmu hitam juga ditunjukkan lewat scene dukun Il-Gwang yang hidungnya berdarah-darah saat mencoba melewati jimat yang ia pasang. Il-Gwang bereaksi terhadap jimat tersebut karena memang dalam diri Il-Gwang terdapat ilmu hitam.
Pertarungan antar dukun adalah tipuan scene
Nah catatan penting disini adalah scene dimana dukun Il-Gwang melakukan ritual pengusiran santet, itu adalah optical illusion yang sepertinya sengaja ditarok untuk menipu penonton. Dalam scene tersebut seolah-olah Il-Gwang bertarung melawan kakek Jepang yang juga melakukan ritual, padahal yang terjadi sebenarnya adalah itu kejadiannya dalam waktu yang berbeda. Il-Gwang melakukan ritual untuk memperkuat santet dalam diri Hyo-Jin, liat saja setiap yang dilakuin Il-Gwang berakibat sama kepada Hyo-Jin. Sementara ritual kakek Jepang diwaktu yang berbeda untuk menjadikan mayat di dalam mobil pick-up dirasuki iblis dan hidup kembali, mungkin si kakek mau menggunakannya sebagai zombie untuk melawan Jong Goo dkk. Tapi saat ritual ini dilakukan mendapatkan perlawanan dari si wanita misterius, yang sepertinya lebih kuat dan berhasil melumpuhkan si kakek Jepang hingga dia ketakutan masuk kamarnya.
Makna lemparan batu si wanita berpakaian putih?
Ini adalah referensi dari injil yang bunyinya "Let he who is without sin cast the first stone", yang artinya kurang lebih "Yang boleh melempar batu hanyalah dia yang suci alias ga punya dosa", maknanya dalam film ini adalah menyindir sikap main hakim sendiri yang dilakukan oleh Jong Goo, yang seharusnya tidak bole dilakukan, karena untuk menghakimi seseorang (yaitu melempar batu) hanya boleh dilakukan oleh seorang yang berhak (alias yang ga punya dosa).
Apa tema dari film ini?
Film ini memiliki tema tentang iman. Dibuka dengan ayat dari injil, kemudian di metaforakan dalam film horor. Jong Goo, adalah kita banget, manusia, yang kurang imannya, dia tidak punya cukup kepercayaan dan membuat keluarganya terbunuh. Tapi ya kita juga ga bisa nyalahin Jong Goo, karena memang akan sulit bagi siapa pun untuk mengambil keputusan saat kondisi seperti itu. Kemudian scene si kakek Jepang mancing dengan umpan, itu juga beberapa kali repetitif dalam film bahwa yang iblis lakukan hanyalah menebar umpan dan menggoda manusia untuk sesat, tinggal kita sebagai manusia apakah termakan umpan atau tidak.
Dan saat si pendeta muda menemui si kakek Jepang dalam gua, si kakek bilang "Jika anda sudah percaya saya iblis, maka saya adalah beneran iblis.". Nah coba dibalik seperti ini : "Jika anda tidak percaya adanya Tuhan, maka tidak ada lah Tuhan itu." Intinya adalah iblis/Tuhan tidak perlu menunjukkan dirinya sendiri agar kita percaya pada keberadaannya, tetapi kita sering berharap iblis/Tuhan untuk menunjukkannya kepada kita baru deh kita percaya ada. Ini juga repetitif dalam kalimat pendeta tua di gereja : "Bagaimana kamu bisa meyakini sesuatu yang tidak kamu lihat dengan mata kamu sendiri?".
Dan pertarungan antara wanita dengan kedua dukun antagonis adalah representasi dari good vs bad, angel vs evil, dan diantaranya ada para korban yang "innocent" seperti Hyo-Jin. The Good mengambil barang bagian atas korban (Cardigan, jaket dan pita) sebagai simbol untuk melindungi mereka, sementara The Bad ngambil bagian bawah (sepatu) sebagai simbol untuk menjatuhkan mereka.
Oke demikian penjelasan ending film The Wailing. Jika temen-temen punya pemikiran lain, silahkan komen ya. Mana tau ada yang salah atau terlewatkan. Thanks for visiting.