#InNolanWeTrust
Ya, slogan yang begitu catchy ini memang wajar untuk dipopulerkan. Sebagai salah satu die hard fans-nya Nolan, saya memang percaya apapun karya Christopher Nolan pastilah bagus. Begitu pula dengan film teranyarnya Dunkirk, saya tetap menaruh rating diatas 9/10 untuk semua film Nolan. Padahal awalnya, selalu bertanya-tanya, gimanakah bakal dikemas oleh sang maestro tentang film ini, film yang jelas-jelas diangkat dari kisah nyata, tentang sejarah yang tidak bisa diubah-ubah atau dimodifikasi. Akankah monoton? Akankah membosankan? Akankah Nolan mampu menyuguhkan sesuatu yang “WAH” sebagaimana film-film terdahulunya? Karena kita tau selama ini Nolan bermain dalam ranah fiksi yang bisa sekehendaknya memanipulasi cerita dan imajinasi. Semua ini terjawab saat filmnya rilis pekan lalu dan...langsung ditonton dong.
Gambar : express.co.uk
Sekedar mengingat kembali, Dunkirk adalah sebuah sejarah perang dunia ke-II tentang evakuasi 300rbuan tentara sekutu (Inggris, Perancis, Belgia, Belanda) di pantai Dunkirk, yang mana mereka disana sudah dikepung oleh musuh yaitu tentara Jerman. Mereka dievakuasi dengan menggunakan bantuan dari kapal-kapal nelayan dan warga. Evakuasi ini tidaklah mudah karena pesawat dan kapal selam tentara Jerman terus memborbardir Dunkirk dan sekitarnya.
<Spoiler Alert>
Review saya ini mengandung spoiler, karena susah juga nulis review film ini tanpa spoiler. Lagian ini kan kisah nyata, jadi untuk urusan cerita dan ending seperti apa tentu sudah bisa kalian tau sendiri kan. Disini yang dibahas bukan ceritanya, melainkan bagaimana film ini divisualisasikan oleh sang sutradara idola, Christopher Nolan. Sekalipun ini kisah nyata, ternyata Nolan tetap pada ciri khasnya yang suka membuat penonton sedikit mikir dan bingung, hehe.. Dengan menggunakan non-linear narative, film ini dipecahnya menjadi 3 plot : The Mole (One Week), The Sea (One Day)dan The Air (One Hour), yang membuat kita harus pandai-pandai mengingat masing-masing scene merupakan bagian dari plot sequence yang mana.