Saya awalnya penasaran, film apa ini, minim dialog, sajiannya seperti human extinction, earth disaster, catastrophic, after apocalypse, haha...pokoknya yang serem-serem aja deh. Padahal kan ini film anak-anak, kok berat banget ya keknya, hehe... Dan ternyata memang bener guys, film ini bersetting pada masa dimana bumi memang sudah tak layak huni lagi. Yang terhampar hanyalah sampah dimana-dimana. Makjleb ketipu banget saat opening scene-nya aja menampilkan gedung tinggi, kirain kantor atau apa lah gitu, eh taunya itu tumpukan sampah yang udah dipress rapi dan menggunung tinggi seperti gedung perkantoran. Heukhh...nyesek banget...
Kato orang Jambi tuh "Ibo rasonyo ati ni", liat WALL-E hidup sendirian itu, ga ada teman, hanya seekor kecoa yang jadi temennya. Dia punya rumah bekas box container, tempat dia beristirahat, tidur, menyimpan koleksi-koleksinya, tempat dia juga menonton film klasik kesukaannya. Trash-Sleep-Repeat, begitulah pola rutinitas hidupnya dia. Sampai suatu hari semua berubah, tatkala datang sebuah robot dari luar angkasa, EVE, yang ditugaskan men-scan bumi untuk mencari tanda-tanda kehidupan.
EVE bertemu WALL-E dan mereka pun berteman, hingga menemukan sebuah tanaman yang dipunyai WALL-E dalam koleksinya. Seketika itu EVE langsung berada dalam standby mode, diam tanpa keterangan. WALL-E cemas dan bimbang, kenapa temannya seperti mati suri tiba-tiba? Nah inilah yang menjadi pemicu keseruan film ini selanjutnya. Ga bisa saya beberkan disini ya, karena tentu akan menjadi major spoiler-nya.
Cerminan manusia abad sekarang
sebagai konsumen yang suka shopping berlebihan, entah itu barang ataupun
makanan. Disisi lain juga si produsen hanya memikirkan profit tanpa menelusuri
dampak produksi sampah yang meningkat tak terkontrol. Yang sangat menohok bagi
saya yaitu saat mengetahui ketika kemajuan teknologi yang memudahkan pekerjaan
manusia itu tak selamanya “baik” lho, jika tak menyikapinya dengan bijak dapat
membuat manusia malas bergerak.
Gambar : krtnradio.com
Film ini bersetting 800 tahun dari sekarang, bumi sudah tak ditinggali lagi oleh manusia. Bukan karena manusia telah menemukan “bumi” baru, melainkan karena bumi sudah tak layak lagi untuk dihuni manusia karena sampah yang ada di bumi sudah over quantity. Manusia yang tersisa saat itu hidup diluar angkasa dengan menggunakan pesawat super besar, starliners “Axiom”, ciptaan perusahaan Buy N Large (BNL).
BNL juga perusahaan yang menciptakan robot-robot pembersih sampah yang mereka tugaskan di bumi untuk membersihkan sampah tersebut. Robot-robot pembersih inilah yang bernama WALL-E. Hanya tersisa 1 unit robot saja, yang hidup sebatang kara di bumi tandus itu. Dia dapat bertahan hidup menggunakan sparepart dari robot-robot lain yang sudah tidak berfungsi lagi. Lucunya, PIXAR, production house film ini, membuat karakter WALL-E ini seperti layaknya manusia. Yang mempunyai perasaan, ketakutan, selera humor dan hiburan, perhatian, bahkan kasih sayang. Ditambah dengan appeareances si WALL-E ini gemesin banget untuk ukuran robot, apalagi kalo pas lagi pasang muka ibanya, huhu...
Kato orang Jambi tuh "Ibo rasonyo ati ni", liat WALL-E hidup sendirian itu, ga ada teman, hanya seekor kecoa yang jadi temennya. Dia punya rumah bekas box container, tempat dia beristirahat, tidur, menyimpan koleksi-koleksinya, tempat dia juga menonton film klasik kesukaannya. Trash-Sleep-Repeat, begitulah pola rutinitas hidupnya dia. Sampai suatu hari semua berubah, tatkala datang sebuah robot dari luar angkasa, EVE, yang ditugaskan men-scan bumi untuk mencari tanda-tanda kehidupan.
Gambar : pixar.wikia.com
EVE bertemu WALL-E dan mereka pun berteman, hingga menemukan sebuah tanaman yang dipunyai WALL-E dalam koleksinya. Seketika itu EVE langsung berada dalam standby mode, diam tanpa keterangan. WALL-E cemas dan bimbang, kenapa temannya seperti mati suri tiba-tiba? Nah inilah yang menjadi pemicu keseruan film ini selanjutnya. Ga bisa saya beberkan disini ya, karena tentu akan menjadi major spoiler-nya.
Film ini bener-bener fun, meskipun hanya mengandalkan body languange alias gesture tubuh robotnya, kita sebagai penonton tetap dapat merasakan emosi yang disampaikan tokoh utama WALL-E dan EVE. Mereka berdua seperti sepasang manusia yang saling mengasihi. Kata si filmmaker, pemilihan nama EVE juga terinspirasi oleh kisah Nabi Adam yang awalnya hidup sendirian kemudian “diberi” Tuhan seorang teman, seorang pasangan, Eve (Hawa). Banyak hal-hal yang dilakukan WALL-E dalam pedekatein si EVE dapat membuat kita tertawa terbahak-bahak. Bahkan skala romantisnya level dapat membuat kalian terharu lho. Nendra kalah ni sama si WALL-E, hehe..
Scene yang dipilih juga dikombinasikan dengan baik dengan jokes-nya. Saya terbahak-terbahak saat melihat billboard di bulan yang mengiklankan segera dibangun mall ato perumahan gitu ya saya lupa, hehe... Trus juga indahnya visual luar angkasa saat WALL-E menari dengan EVE.
Scene yang dipilih juga dikombinasikan dengan baik dengan jokes-nya. Saya terbahak-terbahak saat melihat billboard di bulan yang mengiklankan segera dibangun mall ato perumahan gitu ya saya lupa, hehe... Trus juga indahnya visual luar angkasa saat WALL-E menari dengan EVE.
Gambar : cinemablography.org
Tapi cerita setelah ini dapat
membuat kita sedih juga, hiks.. Ada latar belakang yang rumit dibalik penemuan
sebatang tanaman tadi. Meskipun kecil tapi berdampak sangat besar, skala
peradaban dunia. WALL-E bahkan sampai harus mempertaruhkan “nyawanya”, hehe..
Jadi ga hanya wanita aja yang rumit guys.. Selain robot, ada juga tokoh
manusianya, para penghuni AXIOM, mulai dari penumpang biasa hingga ke sang
Kapten pesawat.
WALL-E ini film yang sarat dengan
nilai dan pesan sosial, karena memang film yang dibuat oleh Pixar ini sengaja
untuk mengkritik sesuatu, seperti sebelumnya Pixar membuat film Finding Nemo
untuk mengkritisi penangkapan ikan liar. Kali ini mereka mengkritik gaya hidup
konsumerisme manusia pada jaman sekarang ini. Kemudian juga mengkritik tentang
kepentingan korporasi, dampak lingkungan hidup, pemanasan global bahkan
obesitas manusia juga.
Gambar : dorkly.com
Hal paling simple yang saya temui
dan yang saya kadang ga suka tuh, yaitu saat melihat orang-orang yang parkir
kendaraan menumpuk di objek tertentu, seperti gerbang sekolah, tempat
kondangan, atau pintu masuk mall. Banyak yang malas parkir jauh dan berjalan
kaki, padahal mereka masih tergolong usia muda dan sehat, bukan akik-akik yang
jalannya udah pake tongkat. Padahal kan jalan kaki termasuk salah satu hal yang
wajib dilakukan untuk sehat. Hal ini berbanding terbalik dengan budaya orang
luar negri yang mana mereka mau parkir jauh dan kemudian berjalan kaki menuju
objek tujuan.
Well..film ini memang pantas
untuk menjadi tontonan wajib kita semua, bagi saya film ini very briliant, originally unique, idea messaging and thought provoking, 9,3 per 10. WALL-E merupakan Film Animasi Terbaik
dalam perhelatan Academy Awards tahun 2009, disamping masuk dalam nominasi 5
kategori lainnya. Film ini berdasarkan data dari Box Office Mojo juga menjadi nomor 9 dalam peraih pendapatan terbanyak dalam tahun 2008 sebesar 500an juta dollar AS. Disamping itu juga
karena pesan sosial dan lingkungan hidup dalam filmnya perlu menjadi concern
kita semua, yang penuh sindirian satir yang membuat kita malu dan harus intropeksi
diri demi masa depan kita dan bumi yang lebih baik. Film ini seperti kampanye Earth Day ya, jangan buang sampah
sembarangan, stop belanja yang berlebihan dan hindari gaya hidup konsumtif, serta
rajin berolahraga.
Dan ada unsur nostalgianya lho disini jika kita sebagai manusia abad 28 itu, maka melihat "rubik","zippo" sebagai barang antik. In the end...sesungguhnya teknologi itu
diciptakan untuk memudahkan kerja manusia bukan untuk membuat manusia malas dan
menjadi budak teknologi. Teknologi itu adalah partner, sidekick, tapi jika tak
pandai dan bijak dalam menyikapi dan penggunaannya maka dapat menjadi villain.
good job bro hahaha film animasi yg sarat nilai, eh btw itu colek2 wkwkwkw bukan g romantis, cuma bingung nak romantis ke siapa hahahhahaha
BalasHapusane stuju nih masalah parkir, orang Indo males jalan
BalasHapusThanks mas udah baca n komen.
Hapus