Sebenarnya sih saya jarang nonton film perang...karena image yang tercipta bagi saya kalo film perang itu ya ceritanya ga unik, hanya berjalan lurus seputar tembak-tembakan dan ledak-ledakan. Tapi...sejak artikel Bro Ilham (JMFC 041) muncul tentang Top 10 Modern War Movies, saya jadi sedikit punya minat untuk mencoba menonton lebih banyak film perang, baru sekedar minat mencoba lho Bro Ilham, jangan ge-er dulu, hahahahaha....jadi lah dak... Ini lah manfaat komunitas, bisa sharing info, pendapat dan rekomendasi.
Kebetulan, beberapa waktu setelah artikel itu naik cetak ada 2 film perang yang tayang yaitu Hacksaw Ridge dan Billy Lynn’s Long Halftime Walk. Keduanya memiliki kesamaan yaitu menampilkan sisi lain dari sebuah perang, diluar tembak-tembakan semata. Keduanya digadang-gadang sangat bagus dan mungkin akan masuk nominasi Oscar. Kok bisa? Mari cari tau, baca tulisan saya dibawah ini, hehe...
Alasan terdepan adalah alasan yang bisa dilihat sebelum kita tonton, yaitu nama sutradara yang garap filmnya. Hacksaw Ridge digarap oleh Mel Gibson, aktor legendaris sekaligus juga sutradara. Dia pernah menyabet Oscar untuk 2 kategori, yaitu Best Director dan Best Picture dari film Braveheart. Sedangkan Billy Lynn’s disutradarai oleh sensasional Ang Lee lewat film Life Of Pi yang mengantarkannya mendapat Piala Oscar kategori Best Director, meskipun diluar ini filmnya yang lain juga menjadi langganan Oscar seperti Crouching Tiger Hidden Dragon dan Brokeback Mountain.
Doss disini diperankan oleh Andrew Garfield, pemilihan dia dikarenakan sosok Doss memang aslinya kurus dan jangkung. Makanya di dalam film Doss dijuluki Prajurit Jagung, haha... Akting Garfield mulai terasah disini, dia mampu menampilkan keteguhan prinsip, ketulusan dan kereligiusan. Pantes aja dia digaet Martin Scorscese maen di filmnya berjudul Silence, yang juga (sepertinya) bakal mengangkat nama Garfield lebih tinggi lagi. Doss mempunyai love interest yang menjadi istrinya, yaitu perawat bernama Dorothy, diperankan oleh idola bro Ary, si cantik Teresa Palmer. Drama percintaannya cukup membuat kalian mewek-mewek tak kalah dengan drama Korea, haha...
Gambar : en.wikipedia.org
Kebetulan, beberapa waktu setelah artikel itu naik cetak ada 2 film perang yang tayang yaitu Hacksaw Ridge dan Billy Lynn’s Long Halftime Walk. Keduanya memiliki kesamaan yaitu menampilkan sisi lain dari sebuah perang, diluar tembak-tembakan semata. Keduanya digadang-gadang sangat bagus dan mungkin akan masuk nominasi Oscar. Kok bisa? Mari cari tau, baca tulisan saya dibawah ini, hehe...
Alasan terdepan adalah alasan yang bisa dilihat sebelum kita tonton, yaitu nama sutradara yang garap filmnya. Hacksaw Ridge digarap oleh Mel Gibson, aktor legendaris sekaligus juga sutradara. Dia pernah menyabet Oscar untuk 2 kategori, yaitu Best Director dan Best Picture dari film Braveheart. Sedangkan Billy Lynn’s disutradarai oleh sensasional Ang Lee lewat film Life Of Pi yang mengantarkannya mendapat Piala Oscar kategori Best Director, meskipun diluar ini filmnya yang lain juga menjadi langganan Oscar seperti Crouching Tiger Hidden Dragon dan Brokeback Mountain.
Gambar : imdb.com
Nah, merujuk pada prestasi itulah
saya niatkan untuk nonton filmnya. Saya mulai dari Hacksaw Ridge dulu deh.
Belum sempat saya ke bioskop, temen saya, Pak Ustad Lee Min Ho alias Mualimin,
haha...memberikan review di grup BBM JMFC pasca dia nonton film tersebut dan
bilang bahwa film Hacksaw Ridge sangat bagus. Weh...mesti cepat nih, dan saat
akhirnya kesampaian, ternyata apa yang dibilangnya adalah benar 100%.
Hacksaw Ridge mampu membuat saya
menahan air mata jatuh selama 1 jam di paruh kedua film yang banyak epicnya
yang membuat sedih. Kalo menonton paruh pertamanya, ga terlalu sedih karena
masih ada beberapa unsur komedi dan romantisme. Tapi perbedaan paruh pertama
dan kedua ini lah yang bagi saya menjadikan film ini cukup compact. Wajar jika film ini diberitakan Independent mendapat standing ovation selama 10 menit saat akhir pemutarannya di Venice
Film Festival.
Gambar : pinterest.com
Paruh pertama film ini kita
diperkenalkan sejarah awal kenapa sang tokoh utama menjadi sosok yang begitu
teguh pada pendiriannya. Eh..btw, kalian perlu tau bahwa ini adalah film yang
diangkat dari kisah nyata ya. Kisah seorang tentara Amerika bernama Desmond
Doss. Dia bersikeras ingin mengabdi pada negara dengan cara ikut menjadi
tentara, namun dia adalah satu-satunya tentara yang kekeuh ga mau pegang dan
menggunakan senjata dalam tugas perang yang ia jalani. Nah loh...gila ga
tuh...pergi ke medan perang tanpa pegang senjata? Bunuh diri...Bosan hidup...
Spoiler Alert dikit gapapa lah ya, kan ini diangkat dari kisah
nyata...hehe...
Desmond punya kisah masa lalu
yang membuat ia menjadi orang yang sangat religius, ia teguh pada keyakinannya
mengikuti ajaran agamanya yang tidak boleh membunuh orang lain, hal ini lah
yang mendasarinya dalam bertugas perang ia tak mau pegang senjata. Tentu hal
ini sangat ditentang oleh pihak militer sendiri yang punya peraturan bahwa
tentara wajib memegang senjata. Tekanan datang dari setiap penjuru saat ia
berada di kamp militer. Teman maupun atasan mencoba untuk menyingkirkannya.
Sedihnya dimulai dari sini nih, beruntung kehadiran karakter tentara yang
“Hollywood Star Wannabe”, Milt Zane, sangat kocak, mampu menahan rasa sedih
untuk sementara.
Setelah ini, jangan harap dah
kalian bisa nahan air mata, hahaha...berat..berat... Dengan bantuan ayahnya
(Hugo Weaving), Desmond berhasil mendapatkan izin bertugas di bagian Army
Medic. Army Medic disini dalam artian mereka juga tentara yang turun ke medan
perang, bukan yang menunggu di tenda atau camp.
Army Medic selain memegang senjata, mereka juga membawa obat-obatan dan paham
teknik medis. Tapi terkecuali si Desmond, dia tetap tidak pegang senjata.
Nah yang membuat mata kalian
berkaca-kaca adalah bagaimana Mel Gibson menyajikan close range combat di Battle of Okinawa, Amerika melawan Jepang, tepatnya diatas
tebing Maeda Escarpment atau dengan nama julukan, Hacksaw Ridge. Paruh kedua
film sangat brutal, sangat berdarah-darah. Sajian menunya akan membuat kalian
tak nafsu makan seminggu kedepan meskipun ditraktir kawan, hehe... Desmond dkk
disana melawan tentara Jepang hanya berjarak kurang dari 500 meter. Senapan
yang menembak, peluru yang menembus kepala, granat yang menghancurkan badan, usus
yang berceceran, *cukup bro, cukup..*, tubuh yang terbakar, mayat
bergelimpangan, *arrrgghhh...ane bilang cukup...cukup....!*. Samalah dengan opening
scene Saving Private Ryan, hanya saja disini ada beberapa yang disajikan dengan
angle yang sangat catchy, terkadang dibuat slow motion. Berdiri bulu roma...
Gambar : quora.com
Namun, dalam perang ini, Desmond
Doss lah yang menjadi bintang dan pahlawan sesungguhnya. Dia lah yang mampu
mencuri perhatian dan simpati penonton. Gregetan melihat orang tak bersenjata
berjibaku ditengah perang tuh gimana rasanya, menyedihkan sangat lah... Namun
tuhan sayang dengan orang yang taat agama. Dia luput dari segala peluru dan
malah berhasil menyelamatkan puluhan tentara yang sakit, luka, pincang, cacat,
lumpuh bahkan yang sekarat, dengan cara menurunkan mereka satu per satu ke
bawah tebing. Inilah yang menjadi sajian aksi heroic yang paling epic. Oleh karena prestasi ini lah dia di anugerahkan penghargaan Medal Of Honour
dari Presiden Amerika saat itu, Harry Truman. Penghargaan pertama yang
diberikan kepada Army Medic.
Gambar : en.wikipedia.org
Doss disini diperankan oleh Andrew Garfield, pemilihan dia dikarenakan sosok Doss memang aslinya kurus dan jangkung. Makanya di dalam film Doss dijuluki Prajurit Jagung, haha... Akting Garfield mulai terasah disini, dia mampu menampilkan keteguhan prinsip, ketulusan dan kereligiusan. Pantes aja dia digaet Martin Scorscese maen di filmnya berjudul Silence, yang juga (sepertinya) bakal mengangkat nama Garfield lebih tinggi lagi. Doss mempunyai love interest yang menjadi istrinya, yaitu perawat bernama Dorothy, diperankan oleh idola bro Ary, si cantik Teresa Palmer. Drama percintaannya cukup membuat kalian mewek-mewek tak kalah dengan drama Korea, haha...
Gambar : imdb.com
Jika direview dalam 1 kalimat,
maka film “Hacksaw Ridge is the most
heroic, the most epic, the most incredible soldier movie I ever saw and it is
from a gunless private.”. Rugi bagi kamu yang ga nonton, hehe..colek Rudy
dan Ary. Rating saya 9,3/10, level nilainya sih menurut saya sama lah dengan
Saving Private Ryan, yang di artikel Top 10 War Movies bro Ilham tarok peringkat 1. Hacksaw Ridge ini lebih epic lebih heroic, kalo Saving
Private Ryan lebih complex, complete sebagai film perang yang berisi. Oya baru saja keluar list nominasi
Golden Globe Awards, nama Hacksaw Ridge memang mampu masuk di beberapa
kategori, kalo udah masuk Golden Globe maka nominasi Oscar kemungkinan besar
menyusul.
Gambar : psst.ph
Next, ada Billy Lynn’s Long
Halftime Walk, kepanjangan nih judulnya. Film apa sih nih sebenarnya? Kalo saya
menilai, ini lebih dominan film drama ketimbang film perang. Jangan harap ada
banyak adegan tembak-menembak dan ledakan-ledakan. Hal ini membuat saya
bertanya-tanya, untuk apa Ang Lee membuat film ini dengan FPS 120? Padahal slashfilm menyebutkan tag line film ini direkam dengan 120 FPS (Frame PerSecond), artinya dalam 1 detik ada 120 gambar berjalan, yang dapat membuat
adegan slow motion terlihat sangat halus tak patah-patah. Jika tak banyak
action perangnya, tentu 120 FPS terasa hambar dan percuma. Karena penonton tak
memerlukan hal itu untuk menikmati drama yang ada.
Kalo dilihat dari segi dramanya,
film ini cukup oke. Film ini menyuguhkan seorang prajurit bernama Billy (Joe
Alwyn), yang mengalami 3 versi emosional dalam satu waktu bersamaan, senang,
trauma dan dilema. Billy dan temen-temen squadnya mendadak tenar, setelah
beredar video wartawan yang merekam aksi Billy menyelamatkan temannya, Shroom (Vin
Diesel) dalam medan perang di Irak, dan menjadi viral. Dia dianggap sebagai
panutan the real american hero. Dia dan squadnya kecipratan rezeki saat pulang
ke Amerika pasca bertugas, job interview dan show berdatangan.
Gambar : magical-koinouta.blogspot.co.id
Namun, ketenaran ini tak membuat
Billy Lynn senang sepenuhnya. Dia masih sering merasa trauma, terbayang-bayang
adegan peperangan di Irak tersebut, membuatnya beberapa kali lose focus, scene acap kali berganti antara present event dengan past event dia saat perang. Disamping
itu, dia mengalami dilema juga akibat desakan dari kakaknya, Katherine (Kristen
Stewart), yang menginginkan Billy untuk tetap tinggal di Amerika, tak perlu lagi
bertugas ke medan perang, ini karena dia sayang adiknya dan tak ingin adiknya
celaka. Lalu bagaimana Billy harus bersikap? Akhirnya apa keputusan yang
diambil Billy?
Gambar : indiewire.com
Jika tak menyukai film drama,
tentu film ini akan terasa membosankan membuat ngantuk. Tapi kehadiran
cheerleader girls dalam film ini cukup membuat mata kamu melek sekali-sekali,
haha... Billy aja dapet satu nih, hehe.. Apalagi pas adegan performance show
dari Destiny Child di tengah stadion pertandingan American Football, yang model
catwalknya menggunakan para soldier ini, itu sangat apik disusun per angle. But
that’s how what it like to be alone in crowded. Rating saya untuk Billy,
hmm...hanya 6,8/10, I’m sorry Ang Lee.
Yak, inilah yang saya maksud
sudut pandang lain dari sebuah peperangan. Jika selama ini film perang diambil
dari sudut pandang “perangnya” saja (mulai dari prajurit, strategi, tembakan
senjata dan ledakan), maka Hacksaw Ridge mengambil sudut pandang petugas medis
yang selama ini ada di dalam setiap peperangan namun jarang di ekspose,
sedangkan Billy Lynn’s Long Halftime Walk menunjukkan emotional negative
effects akibat bertugas di peperangan. Poin plus untuk Hacksaw Ridge, yang
mengajarkan kita ketulusan diantara amarah, saint diantara devil, helping
dibanding killing, no matter who you are, god is always be with people who
pray. See you on next review ya.
Hacksaw Ridge
JMFC 001 - Om Chan Score
Rate : 9,3/10
Level : Movie Freaks
Billy Lynn's Long Halftime Walk
JMFC 001 - Om Chan Score
Rate : 6,8/10
Level : Movie Freaks
Rate : 9,3/10
Level : Movie Freaks
Billy Lynn's Long Halftime Walk
JMFC 001 - Om Chan Score
Rate : 6,8/10
Level : Movie Freaks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar