Kamis, 22 Oktober 2020

Dua Film Kolosal Korea Yang "Kembar" : Masquerade (2012) vs I Am The King (2012)

Taukah kamu kalo ada sebuah kejadian unik di tahun 2012 dalam perfilman Korea Selatan, dimana ada 2 film yang sangat mirip dan rilisnya juga berdekatan. Keduanya sama-sama menceritakan kembali masa kedinastian disana. Dan kebetulannya lagi, keduanya sama-sama mengadaptasi tema dari novel The Prince and The Pauper, yaitu "pertukaran pemuda" 😂. Kisah pejabat yang bertukar identitas dengan rakjel yang kebetulan mukanya mirip. Jadi sebenarnya ini suatu kebetulan ato memang janjian sih? Hadeh... Untuk itu coba kita bandingin dan liat apa aja perbedaannya. Pembahasan ini aman dari spoiler kecuali yang ada spoiler alert-nya ya.


Rilis
Masquerade rilis di bulan September yang artinya satu bulan lebih lambat setelah I Am The King yang duluan rilis di bulan Agustus.

Pemeran
Masquerade "terpaksa" mengajak aktor kawakan Lee Byung Hun untuk mengisi peran utama, karena awalnya memang proyek ini targetnya bukan dia. Cuma karena pergantian sutradara, akhirnya juga ikut pergantian aktornya. Sedangkan I Am The King menggunakan jasa aktor yang populer lewat serial Princess Hours, yaitu Ju Ji Hoon.

Box Office
Masquerade memiliki budget sekitar 8 juta dollar AS atau setara 72 milyar rupiah kala itu, angkat itu bahkan lebih besar daripada penghasilan I Am The King yang hanya separuhnya. Penghasilan Masquerade sendiri termasuk salah satu dari 10 film Korea dengan pendapatan terbanyak dan menempati posisi 9 dengan angka 94 juta dollar AS. Banyak faktor yang membuatnya jadi "kaya" begini, disamping karena unsur teknisnya yang memang yahud, faktor external lain seperti invest di aktor papan atas berkelas Hollywood Lee Byung Hun, tentu menarik minat lebih banyak penonton, kemudian juga waktu itu berpas-pasan dengan akan digelarnya pilpres pekan depannya, jadi tema pemimpin ini sangat relevan dan jadi santapan hangat.

Rating
Banyak penonton yang suka dengan Masquerade, karena rating di IMDB-nya 7,8/10 mengungguli I Am The King yang cuma 5,8/10. Bahkan I Am The King tidak masuk penilaian kritikus di Rotten Tomatoes disaat Masquarade dinilai sempurna 100% dari 9 orang kritikus.

Genre
Keduanya sama-sama punya genre komedi di dalamnya, hanya saja dengan porsi yang berbeda. Masquerade hanya sedikit, sekali-sakali aja, dia banyak di dramanya. Kalo I Am The King dominan komedi memang. Tapi meskipun Masquerade cuma sesekali, tapi sesekali itu malah lucu banget.

Teknis
Masquerade jauh lebih superior ketimbang I Am The King dari semua sisi teknis, seperti penyutradaraan, sinematografi, akting, production design, kostum, musik, visual effects, yang akhirnya membuat Masquerade menyabet semua kemenangan "Piala Oscar"-nya Korea Selatan di ajang Grand Bell Awards.



Tokoh Utama
Meskipun sama-sama jaman Dinasti Joseon, tapi mereka memilih masa yang beda. Masquerade memilih raja ke-15 yang bernama Gwang Hae, sedangkan I Am The King memilih pangeran Choon Nyeong yang nantinya akan menjadi raja ke-4 yaitu Sejong.

Motif Pertukaran
Di film Masquerade, raja mendapatkan ancaman pembunuhan dan jatuh sakit. Untuk itu dia menugaskan bawahannya untuk mencari "kembarannya" untuk menggantikannya sementara waktu. Akhirnya nemulah seorang rakjel yang mirip, namanya Ha Sun, yang berprofesi sebagai pelawak. Sedangkan di film I Am The King, pertukaran bukan sengaja dikehendaki, melainkan karena kebetulan. Pas pangeran Choon Nyeong mau kabur dari istana, dia ga sengaja menimpa rakjel yang kebetulan mirip dengannya, yaitu Deok Chil. Dan..Momen ini dimanfaatkannya untuk menukar identitas karena dia ga mau dilantik menjadi raja, dia lebih ingin jadi cendekiawan, karena selama ini dia hobinya belajar. Padahal raja memilih dia ketimbang abangnya juga karena hanya dia yang memiliki kecerdasan dan wawasan, sedangkan abangnya meskipun sosok yang keras dan tegas, dia ga lebih dari seorang pemabuk dan playboy.

Plot
Masquerade menceritakan penuh gimana seorang rakjel menjadi raja, Ha Sun itu lugu, ga tau apa-apa, harus menjalani dengan kikuk dan lucu semua protokoler kerajaan dan tugas raja. Konfliknya adalah gimana dia nanti jika tiba saatnya mengeluarkan kebijakan-kebijakan penting kenegaraan. Tidak semua bawahannya berpolitik yang sama, ada yang pro dan kontra. Nah sedangkan plot I Am The King cukup berbeda karena menceritakan kedua sisi pemuda. Di istana, Deok Chil belum menjalani kehidupan raja. Choon Nyeong yang digantikannya adalah pangeran yang akan dicalonkan menjadi raja. Tapi, tetep aja Deok Chil mendapatkan fasilitas dan protokoler kerajaan yang sama. Sementara pangeran Choon Nyeong terpaksa menjadi budak kerja paksa, orang-orang ga percaya kalo dia adalah pangeran. Dia harus menjalani susahnya hidup sebagai rakjel.


Yang Tau
Tak banyak yang tau terhadap pertukaran pemuda ini. Di Masquerade, yang tau adalah sekretaris raja, pelayan pribadi raja, dan tabib yang mengobati raja. Sedangkan di I Am The King yang tau pangeran menghilang hanyalah kedua pengawal pribadinya.

Love Interest
Han Hyo Joo yang juga main di film komedi romantis Love 911, menjadi Ratu Yu, istri dari raja Gwanghae di Masquerade, sementara Lee Hanee yang main dalam film teranyarnya Extreme Job, menjadi cewek yang dicintai Deok Chil.



<SPOILER ALERT!>

Klimaks
Untuk urusan cerita, Masquerade lebih berat, hal ini menyebabkan klimaksnya lebih epic. Ha Sun mengubah suasana istana yang tegang menjadi lebih santai. Dia merupakan sosok yang dapat berempati terhadap siapa saja. Oleh karena itu banyak kebijakan dan perbuatannya yang membuat senang banyak orang. Kecuali lawan politiknya. Ha Sun menjadi pemimpin yang merupakan impian kita, yang sayang dengan semuanya, baik negaranya, rakyatnya, bawahannya, maupun pelayannya. Sedangkan di film I Am The King, pengalaman pahit Choon Nyeong selama menjadi rakjel membuat matanya terbuka dan hatinya tergerak untuk mengubah keadaan itu semua. Ia akhirnya bertekad mau menjadi raja agar ia dapat berbuat banyak untuk rakyat dan negaranya dengan menggunakan kepintaran yang ia punya.

Ending
Meskipun Ha Sun dan Sang Raja fine-fine aja, tapi Masquerade sebenarnya punya ending yang campur aduk, ada happynya, ada sedihnya, ada juga sampe berdarah-darah. Masquerade lebih bermain pada ranah emosional, selain memberikan inspirasi juga berani memberikan situasi yang mengiris-ngiris hati. Sedangkan I Am The King karena lebih ringan ya filmya happy ending. Choon Nyeong dilantik menjadi raja dan Deok Chil ga lagi hidup susah karena ga ada lagi perbudakan. 

Sisi Positif
Kedua film sama-sama memiliki pesan positif yang dapat dipetik oleh penonton. Dalam film Masquerade, Do Bu Jang mau ngorbanin nyawa hanya untuk seorang rakjel Ha Sun, ngajarin penonton bahwa loyalitas tercipta bukan karena jabatan, melainkan terhadap perbuatan. Baginya, Ha Sun adalah raja sesungguhnya. Ha Sun juga mempunyai kesempatan untuk menjadi satu-satunya raja beneran, tapi malah ia tolak, karena ia tak mau mendapatkan sesuatu hasil dari mencelakakan/merugikan orang lain. Dan pidato Ha Sun dihadapan para mentri adalah apa yang diharapkan dari seorang pemimpin, yang membela rakyatnya. Sementara film I Am The King menggambarkan kalo jadi pemimpin itu bukan hanya soal ketegasan dan wibawa, tapi juga pemimpin harus pintar, berwawasan dan ilmu pengetahuan, agar dapat mencarikan solusi. 

Well sekian dulu pembahasan kita kali ini. Jika ada yang ketinggalan, komen di bawah ya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...