Minggu, 03 September 2017

Review Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss - Part 2 (2017) : Nostalgia Penikmat Komedi Tempoe Doele (By Muhammad Hasbiy - JMFC 066)

Siapa yang tidak kenal dengan Warkop DKI? Dono, Kasino dan Indro (DKI) adalah legend besar dalam dunia perfilman Indonesia. Tahun lalu, dibuatlah sebuah film yang bisa dibilang reboot untuk mengangkat dan mengingat kembali sosok mereka ke masa perfilman sekarang. Film itu berjudul Warkop DKI : Jangkrik Boss - Part 1. Sesuai prediksi banyak orang, film ini menjadi film yang sangat laris bahkan memecahkan rekor film terlaris sepanjang masa mengalahkan Ada Apa Dengan Cinta 2 dan Laskar Pelangi karena sebegitu besarnya kekangenan masyarakat akan lelucon konyol ala mereka.

Gambar : Falcon Picture

Nah, tahun ini dilanjutkan dengan rilisnya Part ke-2 nya. Plotnya tentu tentang bagaimana DKI plus Sophie melanjutkan petualangan mereka mencari harta karun di Malaysia. Seperti part sebelumnya, film yang kedua ini tetap berisi banyak pernak-pernik ala Warkop DKI jaman dulu. Mulai dari callback kata-kata yang pernah menjadi judul-judul film DKI pada jaman bengen, kemudian juga ada comotan dari film-film jadul lain seperti filmnya si raja dangdut, Bang Rhoma Irama, aktor laga top Barry Prima, serta tak lupa tayangan tarian, syair, dan lelucon khas DKI.


Humor yang ditampilkan dalam film bener-bener ringan, seperti eksperimen yang aneh-aneh terhadap DKI di Laboratorium, dan terkadang ada juga yang sekaligus cerdas di beberapa titik saat di Pantai. Kemampuan aktor Abimana sebagai Dono, Vino sebagai Kasino dan Tora sebagai Indro dalam menyampaikan ekspresi, penerapan gimmick, serta pemilihan diksi yang tepat (khususnya dialog kasino) menghasilkan tawa yang meledak diantara sekian banyak penonton dalam studio. Mengupas lebih lanjut soal komedi, bisa dibilang bahwa film ini menampilkan lawakan yang absurd sekaligus ''meta'' (tidak terduga) banget, sama rasanya seperti saat teman-teman baca komik Kungfu Komang. Kita sadar jokes-nya bakal berbelok tapi kita tidak pernah menyangka bakal dibelokin kemana, ga ada rambu penunjuk arahnya sih, hehe...

Gambar : bioskoptoday.com

Namun sayang sekali saking absurd-nya film ini, storyline-nya makin ke ujung makin terasa kurang kuat, ga nyambung dan terkesan pergi kemana-mana. Selain itu ada pula beberapa jokes receh yang termasuk ''blues'' (inappropriate, saru), nganu mas... Kekurangan bahan lelucon bagian tengah ke akhir ini membuat lubang garing dalam film ini. Durasi film juga terasa sangat singkat bahkan jika ditambah dengan behind the scene sekalipun. Filmnya rada maksa, keliatan banget lagi manjang-manjangin durasi film. Film ini terasa tidak lebih baik dibandingkan dengan part sebelumnya, bahkan bagi sebagian orang malah lebih jelek. Kejadian serupa dari film komedi lain garapan sutradara yang sama, Anggy Umbara ini, yaitu Comic 8. Ya, mungkin sebaiknya film ini cukup dibuat satu part saja.

Terlepas dari itu semua, film ini dirasa cukup mengobati rindu beberapa penonton Warkop DKI. Terlihat dari berbagai kategori penonton ikut meramaikan studio, orang biasa, orang absurd, anak-anak, remaja dan tak lupa para orang tua yang sama generasi dengan DKI aslinya. Sebuah sarana bagi penikmat komedi tempo doeloe untuk bernostalgia, cukup keren. 7.0/10

Gambar : papasemar.com

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...