Judulnya tuh eye-catchy banget ya, I'm Thinking of Ending Things, jadi menggoda saya untuk langsung menontonnya. Entah ini genre apa, tentang apa, saya ga tau sama sekali, bahkan trailernya juga ga saya liat. Durasi demi durasi yang dilalui sebenarnya sangat membingungkan, tapi entah kenapa saya tetep aja terusin, mungkin karena narasi yang disampaikan dari perspektif si cewek dalam film ini menghipnotis sekali, jadi cukup membuat kepo ini sebenarnya ada apa gitu ya, gimana nasib ni cewek di ending.
Filmnya menceritakan perjalanan sepasang kekasih, Lucy dan Jake, menuju rumah orang tua Jake, dalam rangka Jake yang mau ngenalin pacarnya ini ke ortunya. Mobil yang mereka kendarai harus melalui perjalanan jauh dan bersalju, menyiratkan suasana hati yang dingin dan terasa lama banget, scene yang sengaja dibuat demikian untuk "mendukung" ke-bete-an Lucy, menguatkan keinginannya untuk segera mengakhiri hubungannya dengan si Jake, karena pikiran "I'm Thinking Of Ending Things" ini yang terus berulang di pikirannya.
Selama perjalanan, percakapan terus diupayakan oleh Jake sehingga Lucy ga boring, atau Jake memang sengaja untuk mematahkan pikiran Lucy tadi, dengan selalu menyela dan menciptakan bahasan. Bahasannya ga tanggung-tanggung, dibungkus dengan dialog-dialog yang cerdas, mereka silih berganti saling lempar referensi pop-culture, sebut saja seperti review film, puisi, musikal, dan buku.
Sesampainya di rumah orang tua Jake, persepsi horor akan langsung tertancap di benak penonton, dikarenakan hadirnya Toni Collete, aktris yang peran horornya di Hereditary sangat membekas. Ditambah lagi dengan suasana awkward di meja makan, orang tua Jake mencoba untuk tampil ramah di hadapan calon mantunya, sedangkan Lucy ga tau ada apa sebenarnya di rumah mereka tersebut. Jake sendiri memang punya satu rahasia yang sangat tidak ingin terbongkar. Tak bisa dipungkiri filmnya memiliki unsur creepy yang cukup menakutkan.
Kebingungan akan mulai kalian temukan disini. Kalian akan heran kenapa orang tua Jake berganti penampakan usia berkali-kali, antara yang masih seger usia 50an, mulai redup 70an, sampe legend yang mungkin 90an, udah terbaring sepuh gitu. Tapi anehnya Jake dan Lucy mengabaikan ini semua, seolah-olah tidak ada kejanggalan dan semua mereka jalankan layaknya normal. Filmnya makin memaksa kita untuk berpikir lebih keras karena tak kunjung mendapatkan pencerahan perihal apa sih ini sebenarnya, kok ngalor ngidul, antara scene yang satu dengan yang lain kadang ga nyambung, karena di dalamnya ada beberapa set waktu dan karakter yang berbeda, mereka secara bergantian berpindah-pindah scene. Seperti si kakek-kakek tua yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih sekolah, dan ada juga pria dan wanita yang bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe.
Overall film ini sebenarnya sangat bagus dari sisi sinematografi, skenario dan akting, ini adalah film teatrikal tingkat tinggi, dengan banyak kata-kata bijak yang menyiratkan pesan moral. Cuma ya menjadikan film ini segmented banget. Banyak adegan yang merupakan alegori yang ga semua orang bisa ngerti, slowpace minim suspense juga cukup membosankan, penonton mungkin ga mau nerusin. Biasanya film berat gini masih bisa diterusin asal ada benang merah masalahnya apa, ada protagonis melawan antagonis dan membuat penasaran endingnya gimana. Tapi ngga dengan film ini, filmnya seperti tidak mempunyai masalah apapun, hanya untuk menyuguhkan sisi kehidupan seseorang yang tertinggalkan. Semua bisa diketahui dari sisi penjelasan dibawah ini, yang akan saya coba utarakan dalam bahasa yang mudah dicerna.
BAGIAN PENJELASAN
<SPOILER ALERT>
Filmnya tentang apa sih?
Simpelnya, ternyata hampir semua yang kita tonton itu adalah adegan imajinasi dari Jake, tapi Jake yang udah kakek-kakek, a Janitor, yang kita liat dalam film sebagai tukang bersih-bersih sekolah. Jadi film ini tuh kayak mimpi, that's why scene yang ditampilin tuh bener-bener aneh, dan kadang dari satu plot ke plot yang lain ga nyambung, karena kalo kita mimpi kan suka gitu tuh, ga nyambung, tiba-tiba aja udah ganti, pindah sana-sini secara instan. Kalo dalam film ini kita akan melihat gimana scenenya berubah dari Lucy dan Jake muda, kemudian menjadi Jake tua yang lagi berada di sekolah, trus tiba-tiba ganti lagi ke restoran tempat film fiktif yang pura-puranya di sutradarai oleh sutradara yang terkenal lewat trilogy Back To The Future, Robert Zemeckis. Belum lagi aneh gitu ya ngeliat di tengah malam di musim dingin kok malah buka toko es krim yang jelas-jelas ga guna di tengah-tengah salju. Dan masih banyak deh keanehan lainnya. Ya wajarlah, suka-suka dia, namanya juga mimpi.
Jadi si Jake yang sebenarnya, yang tua itu, lagi ngayal, dia ngayal tentang gimana kalo seandainya dia punya kehidupan yang lebih baik, sedari dia muda dulu. Gimana kalo seandainya dia bukan jadi tukang bersih-bersih sekolah, melainkan jadi orang pinter, cerdas, dapet nobel, membanggakan ortu dan punya pacar yang smart juga. Karena kontradiktif dengan kenyataannya, kehidupan asli dia sungguh suram dan kesepian.
Tapi, kenapa naratornya adalah si cewek, Lucy?
Nah..meskipun itu mimpinya si Jake, tapi ga serta merta point of view (POV)-nya dari si Jake. Di film ini, pemilihan PoV-nya adalah dari sudut pandang Lucy, yang cukup berhasil untuk "menipu" penonton, yang mengira bahwa ini film tentang kisah Lucy, karena dia yang membangun narasi. Padahal bukan, ini bukan kisah Lucy, melainkan kisah Jake. Lucy itu ya hanya khayalan Jake aja, Jake yang berandai-andai kalo dia punya cewek ya mungkin kejadiannya akan seperti kisah si Lucy ini. Film ini punya teori yang cukup menantang, yaitu :
Apakah fantasi bisa mempunyai pemikirannya sendiri? Ga harus "disetir" oleh si-pemimpi.
Dalam film ini, Jake memang berkhayal, membayangkan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya, tapi dalam khayalannya, tokoh imajinernya juga bisa memberikan serangan balik, dia bisa saja membuat segalanya tidak selalu sesuai keinginan Jake, contohnya seperti Lucy yang bosen dengan Jake, pengen putuslah, nganggap mereka ga cocoklah, menilai Jake ga pinter-pinter amat lah.
Kenapa nama profil Lucy berubah-ubah?
Ya sesuai bahasan sebelum ini, ketika tokoh imajinernya mempunyai pemikiran sendiri dan melakukan serangan balik, Jake pun meresponnya dengan mengubah profil pacarnya berkali-kali dengan harapan profil baru pacarnya ini dapat memberikan hasil yang sesuai keinginannya, yaitu yang ga punya keinginan untuk mengakhiri hubungan mereka, yang akan merasa jodohlah dengan si Jake. Tapi proses gantinya bukan ganti fisik orangnya, melainkan hanya ganti nama, pekerjaan atau hobinya, dan berganti secara instan dengan tetap mengikuti plot yang sedang berjalan. Dia telah mengubah Lucy menjadi berbagai macam nama, seperti Louisa, Lucia bahkan Ames. Begitu pula pekerjaan atau kegiatannya, mulai dari fisikawan, pelukis, pelayan bahkan gerontologist (ahli kejiwaan dan biologi lansia). Lucy sendiri mungkin memang wanita yang beneran pernah diliatnya dahulu kala di sebuah bar dalam event trivia game, cuma ya bisa dipastikan kenyataannya Jake muda ga pernah berani untuk minta nomor hp-nya dan ga pernah kenal ama tu cewek, secara Jake adalah seorang pemalu, pengecut, dan introvert. Makanya dalam film ini dia berfantasi seolah-olah Jake berhasil minta no hp-nya, kenalan dan jadian.
Kenapa Jake seolah-olah bisa membaca pikiran Lucy?
Karena mereka berdua adalah satu, Jake. Ada scene yang membuktikan kalo mereka adalah satu, yaitu saat Lucy melihat foto anak kecil di dinding, Jake bilang kalo itu foto dia waktu masih anak-anak, tapi disanggah oleh Lucy yang bilang justru itu adalah foto dirinya. Ya sekilas anak kecil dalam foto tersebut memang perpaduan antara Lucy dan Jake, rambutnya Lucy dan mukanya Jake.
Lucy adalah karakter fiktif yang dibuat Jake dalam khayalannya. Kalian juga akan mendapati scene dimana ucapan Lucy dalam hati yang sepertinya terbaca oleh Jake, seperti saat Lucy bergumam "I'm thinking of ending things", memikirkan untuk mengakhiri hubungan pacaran mereka, nah muka Jake langsung berubah jadi seolah-olah tau gitu, dan kemudian sengaja mencari bahasan atau mengalihkan pembicaraan agar Lucy ga jadi ngutarain pendapatnya tadi. Karena Jake ga mau putus, dia ingin tetap punya pacar, dia ga mau hidup menjomblo, ini mempunyai korelasi kepada latar belakang masa lalu Jake yang hidupnya menyendiri.
Kenapa ortu Jake bolak-balik berganti-ganti usia dalam sekejap?
Ini menyiratkan timeline hidup yang telah dilalui Jake bersama orangtuanya. Dari sekian banyak timeline, Jake menerka-nerka waktu kapan yang pas untuk membawa dan memperkenalkan pacarnya kepada ortunya. Sebanyak itu timeline yang dicoba oleh Jake, tetap saja berakhir ga seperti yang Jake inginkan, ramah di awal tapi canggung belakangan, bahkan sampe membuat Jake dan Lucy sempat cek-cok. Ini sebagai simbol bahwa Jake seolah-olah memang ditakdirkan untuk ga pantes punya pacar dan belum sempat membahagiakan ortunya yang keburu sekarat dan meninggal.
Ada apa sebenarnya dengan pegawai di toko es krim?
Pegawai Tulsey Town Ice Cream adalah cerminan dari orang-orang di sekolah tempat ia bekerja. Dua cewek yang tampangnya pelakor banget adalah wakil dari geng cewek-cewek populer yang biasanya identik dengan geng yang suka ngebully orang, dalam kasus ini ya ngebully si Jake. Sementara satu pegawai yang pendiam dan tangannya punya bekas luka merupakan refleksi dari diri Jake sendiri, pendiam adalah sifatnya, dan Jake juga mempunyai luka yang sama di tangannya, itu adalah hasil bullying yang dia terima semasa di sekolah. Itulah kenapa Jake ga berani mendekat ke konter es krim dan ingin segera pergi, menyiratkan phobia akan trauma yang dialaminya.
Kenapa Jake sangat menyembunyikan ruang basement rumahnya?
Ya karena di ruang basement tersebut ada mesin cuci yang berisi seragam kerja Jake tua. Oleh karena itu, Jake muda sangat berupaya untuk menjauhkan Lucy dari ruang basement rumahnya, agar Lucy ga mengetahui kebenarannya bahwa Jake itu aslinya adalah si tukang bersih-bersih. Ya ini demi menjaga fantasinya terus berlanjut, karena kalo udah kebongkar aslinya kan bisa aja fantasinya rusak dan terhenti.
Pidato di ending adalah referensi dari film A Beautiful Mind (2001)
Jika kalian pernah nonton film drama biografi A Beautiful Mind, maka akan mudah bagi kalian untuk menyadari bahwa pidato di ending merupakan remake dari pidato sang tokoh utama dalam film tersebut, John Nash, yang diperankan oleh Russell Crowe. Persamaannya adalah keduanya sama-sama berpidato dalam rangka memenangkan nobel. Lalu, kedua tokoh sama-sama memiliki masalah mental, terutama delusional. Ketiga, kedua scene ini sama-sama menampilkan sosok wanita yang setia mencintai sang pria sampai tua. Bedanya, kalo di film A Beautiful Mind, wanita tua-nya yang diperankan oleh Jennifer Connelly, beneran di make-up tua, sementara audience yang lain adalah beneran orang lain dari antah berantah. Sedangkan di film ini, semua audiencenya adalah orang-orang semasa sekolahnya Jake. Dan mereka tuh make-up tua-nya tuh ga nge-blend gitu, karena memang sengaja untuk nampakin kalo itu make-up, dengan tujuan sebagai simbol bahwa Jake memimpikan orang-orang semasa sekolahnya itu mengikuti kiprah dan prestasinya dia mulai dari muda sampai mereka sama-sama tua. Ya simpelnya Jake pengen "pamer" kesuksesan kepada orang-orang yang ada kehidupan lamanya.
Apa maksud lagu dan set panggung setelah Jake pidato tersebut?
Setelah pidato, Jake nyanyi sebuah lagu berjudul Lonely Room, yang diambil dari pertunjukan musikal Oklahoma, lagu ini tuh lagu tentang kesendirian. Dan set panggung saat Jake nyanyi adalah dekor yang merupakan replika dari interior kamar Jake. Cocoklah kan, kamar Jake adalah sebuah Lonely Room.
Kenapa nyatut nama sutradara Robert Zemeckis??
Itu hanyalah random choice, yang kebetulan pas untuk memberikan rasa ironi, karena tipikal Robert Zemeckis ga pernah dan mungkin ga akan tertarik untuk membuat film romantis berat seperti film yang jadi sub dalam film ini, karena Robert Zemeckis biasa berada di jalur commercial, sedangkan film ini berada di alam non-commercial. Sang filmmaker, Charlie Kauffman, sudah ijin terlebih dahulu kepada Robert Zemeckis untuk mencatut namanya, ini dapat kita liat di credit title "Thanks to Robert Zemeckis".
Film Nod
Berikut adalah beberapa film nod lain yang disematkan dalam film ini :
Babi
Babi kartun itu adalah simbol dari babi yang di dalam kandang Jake, karena perutnya sama-sama berisi belatung.
Jake ngintip
Jake tua yang ngintip Jake ciuman di mobil adalah referensi dari hal yang beneran dialami oleh Jake selama menjadi tukang bersih-bersih di sekolah. Jake yang hidupnya pengecut dan kesepian hanya bisa melakukan "ngintip" kehidupan orang lain yang punya pasangan.
Telepon
Panggilan telepon itu merupakan simbol panggilan dari diri sendiri yang menyatakan telah menemukan jawaban pertanyaan dari semua ini, bahwa hanya satu jawaban, yaitu harus diakhiri, bunuh diri.
Penari balet
Tari balet yang berpakaian sama dengan Jake dan Lucy, mereka berdua memerankan imajinasi Jake yang berkhayal hidup mudanya mempunyai kesempatan untuk memiliki pasangan, tapi sayang, Jake kesempatan itu harus dipupuskan oleh Jake tua, yang dalam tarian tersebut diperankan oleh Jake lain yang lebih tua menikam dan membunuh Jake muda.
Referensi jadul :
Beberapa referensi pop-culture jadul ini harusnya bisa menjadi hint buat penonton untuk mengetahui kalo ini adalah imajinasi orang yang usianya tua, apalagi dengan didukung oleh ibu-nya Jake yang ga sengaja nyebut ultah Jake yang ke-50. Nah referensi-referensi ini yaitu ada scene yang menampilkan orang latihan menari untuk pertunjukan teater, itu adalah pertunjukan musikal Oklahoma 1940an, kemudian scene yang di-impersonate ama si Lucy adalah dari film A Woman Under Influence yang rilis 1970an, dan film A Beautiful Mind di tahun 2001. Cuma puisi Rotten Perfect Mouth yang berusia muda yaitu tahun 2015.
Oke sekian dulu hal-hal yang dapat dijelaskan dari film I'm Thinking of Ending Things. Jika ada yang salah atau terlewatkan, bantu komen di bawah ya guys. Pokoknya, kalo ada scene aneh lain yang kalian temui, contohnya seperti Lucy yang nge-loop saat turun tangga rumah Jake, atau saat Lucy dan Jake melihat orang lain yang berpakaian sama dengan mereka kemudian menari, maka itu bisa saja sebagai bagian dari mimpi, namanya juga mimpi, memang sering aneh kan.
See you on the next review ya. Keep calm and watch movies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar