Jumat, 28 Agustus 2020

Penjelasan Ending : Arrival (2017) - Pendekatan Alternatif Logis Tentang Time Travel

Arrival merupakan salah satu film jenius yang dibuat oleh sutradara jenius. Dan kali ini adalah penjelasannya, yuk simak sampai habis ya.


Banyak yang salah nih kalo ngira ni film adalah film action perang lawan alien, padahal ya memang ga gitu. Filmnya emang dibuat drama yang cenderung membosankan bagi penonton awam. Tapi nih.. justru film ini yang menurut saya film paling bener tentang alien. Maksudnya ya film ini menunjukkan ini lho yang terjadi sebenernya kalo ada alien datang ke bumi. Ya kita ga ujug-ujug langsung perang, alien juga ga ujug-ujug langsung nyerang bumi. Tapi hal pertama yang dilakukan adalah cari tau apa maksud kedatangan mereka, apakah mereka berniat jahat atau baik. Kalo baik ya jadi teman, kalo jahat baru hajarrr…

Dalam film ini, interaksi dengan alien malah sepenuhnya aman, justru masalah datang dari internal manusianya sendiri.
“People fear what they don't understand and hate what they can't conquer.” - Andrew Smith

Sebuah quote populer yang mana quote ini muncul juga dalam film-film lainnya seperti Transcendence, Man of Steel dan Batman Begins, manusia takut akan sesuatu yang mereka ga ngerti, begitu pula dalam film ini, disumbang oleh 3 pihak mulai dari level terbawah hingga tertinggi : rakyat yang histeria dan panik masal, tentara yang rela membelot, hingga pemimpin negara yang mempersepsikan kedatangan alien sebagai tindakan yang agresif. Jadi apa bener mereka agresif?

Untuk inilah diperlukan expert yang bisa memberi pencerahan. Tapi untuk bisa tau itu tentu harus berkomunikasi dengan alien, nah film ini mengajarkan gimana pendekatan yang bisa dilakukan untuk menjembatani komunikasi karena adanya perbedaan bahasa. Setelah dapat berkomunikasi baru deh kita bisa ngobrol dengan alien, nanya lu maunya apa, sini ngopi bareng dulu.. Arrival mendemonstrasikan tentang gimana reaksi manusia terhadap kedatangan alien, tapi juga secara simultan memanifestasikan gimana kita sendiri antar manusia berkomunikasi satu sama lain.


Ada lebih dari 1 kapal alien yang datang ke bumi dan tersebar di berbagai negara. Setiap negara, melalui pihak militer dan ilmuwan yang mereka punya melakukan penelitian secara kilat terhadap maksud kedatangan alien. Termasuk America, mereka mengandalkan Dr. Louise yang ahli bahasa dan Dr. Ian yang ahli fisika sebagai tim “translator”. Mereka beberapa kali masuk ke dalam kapal alien dan mempelajari bahasa alien tersebut. Tugas mereka berdua tidak mudah karena alien mempunyai bahasa yang aneh, berbentuk lingkaran. So, berhasilkah mereka menerjemahkan apa maksud kedatangan alien? Apa sebenarnya tujuan mereka? Filmnya akan menjawab semua pertanyaan tadi. Nah saya akan bahas film ini dengan sesimpel-simpelnya.

Poin utama film ini adalah sebuah teori ilmiah yang bernama SAPIR WHORF HYPOTHESIS

Ya ini yang paling utama, intisari dari film ini. Pada pertengahan film, Dr. Ian ada bilang begini : “Eh..Dr. Louise, aku pernah baca teori dimana jika kita terlalu dalam mempelajari bahasa asing, saraf otak kita tuh bisa terkoneksi ulang”. Trus disambung ama si Louise, dia bilang “Itu, hipotesis Sapir Whorf, bahwa bahasa yang kita gunakan menentukan gimana cara kita berpikir dan memandang segala sesuatu”.

Apa bener?? Dalam sebuah presentasi Ted Talk oleh peneliti bahasa, Lera Boroditsky, memang betul bahwa struktur bahasa yang digunakan seseorang dapat menentukan cara berpikir dan memandang orang terhadap sesuatu.

Oh thanks god I am a moviefreaks, dapat ilmu terus dari film.

Abis tuh langsung deh ditimpali ama Ian : “Apa lu bermimpi dalam bahasa mereka?”
Louise bilang kalo dia beberapa kali “mimpi” tapi saat itu dia ga tau itu mimpi tepatnya apa.


Dan ternyata mimpi itu tepatnya adalah gambaran alias penglihatan masa depan Louise. Louise bisa liat masa depan gitu akibat dari dirinya yang terlalu dalam mempelajari bahasa alien yang aneh tersebut. Bahasa alien yang berbentuk lingkaran itu merupakan dimensi yang tak ada awal maupun akhir, mereka mengungkapkan satu maksud hanya dalam satu lingkaran, satu momen, satu detik. Jadi alien mempersepsikan dunia mereka tanpa adanya waktu yang linear, bagi mereka present past dan future itu mereka lalui saat bersamaan. Beda dengan kita manusia yang mempersepsikan waktu itu linear, maju. Kita manusia kalo berbahasa dari kalimat maupun tulisan, ada awal ada akhir, ada tulisan dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, atas ke bawah, sehingga kita merasakan dunia punya waktu, ada masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

Sedangkan alien ngga, mereka bisa liat masa depan saat itu juga. Makanya tujuan mereka datang ke bumi adalah dalam rangka mau ngasi tau manusia kalo 3.000 tahun mendatang mereka mau minta pertolongan manusia. Kita sih ga dikasih tau minta tolong apanya, karena seyogyanya juga film ini bukan tentang pertolongan itu, tapi yang jelas agar manusia dapat menolong mereka maka nih alien ngasih “hadiah” untuk manusia, apa itu? Ya bahasa alien ini lah hadiahnya, yang sebelumnya manusia salah mengartikannya sebagai “senjata”. Manusia diharapkan dapat mempunyai kemampuan yang sama dengan alien yaitu prekognisi, sebuah kemampuan untuk melihat masa depan. Dengan “hadiah” ini, manusia bisa lebih awal dalam merespon suatu masalah. Tentu hadiah yang luar biasa bukan.


Dalam film ini, manusia yang beruntung bisa punya kemampuan ini duluan yaitu Dr. Louise. Setelah mempelajari bahasa alien, cara berpikir Louise juga ikut berubah, ia mulai mempersepsikan dunia dengan bahasa alien, waktu tak lagi linear baginya, ia bisa melihat masa sekarang dan masa depan secara bersamaan. Sedikit demi sedikit dia mulai mendapatkan penglihatan masa depan dirinya dimana ia punya anak hasil dari menikah dengan Dr. Ian, yang tak lain tak bukan adalah rekan kerjanya dalam misi ini. Nah, selain masa depan tentang keluarganya, dia juga mendapatkan penglihatan tentang pertemuannya dengan Jendral Zhang di sebuah pesta, yang set waktunya adalah 18 bulan setelah masa sekarang. Disitulah dia mendapatkan nomor telpon pribadi Jendral Zhang dan pesan istrinya yang artinya :
“Dalam perang ga ada yang namanya kemenangan, yang ada hanyalah janda”.
Inilah dialog yang ditelpon itu, yang Louise nelpon Jendral China itu tepat sebelum eksekusi penyerangan.

Yang menarik dari scene ini adalah mungkin sebagian dari kita akan mengira kalo ini adalah time travel Predestination Paradox : 
Siapa yang lebih dahulu tau nomor pribadi Jendral Shang? Louise yang sekarang atau Louise masa depan?
Louise present bisa tau karena dapet dari Louise future. Kalo Louise present tau, harusnya otomatis Louise future punya memory ingat nomornya. Tapi buktinya Louise future ngeblank ga tau apa-apa. Ini menjadi loop, ga tau mana awal mana akhir. Jadi sebenarnya ini bukanlah paradox timetravel, melainkan kembali ke prinsip utama film ini tadi, yaitu Louise bisa mengalami perbedaan waktu itu secara bersamaan. Jadi memang ga tau mana yang duluan karena itu serempak dialami Louise. Dalam scene itu Louise kek kebingungan, nge-blank, ga tau nomornya, karena ya memang belum dialami Louise, itu hanya penglihatan masa depan yang dialami barengan dengan present.


Contoh lainnya adalah scene anaknya yang nanya istilah sejenis simbiosis mutualisme itu lho, apa sebutan untuk kedua kubu yang saling berkompetisi tapi hasilnya sama-sama menguntungkan kedua pihak? Louis present saat dapet penglihatan tu dia belum dapat jawabannya, sehingga Loius future di dalam penglihatannya juga ga bisa jawab. Lalu tepat saat Ian present menyebut “non zero sum” di depannya, barulah Louise future tau jawabannya dan ngasih tau ke anaknya. Ini kebalikan dari scene pertemuan dengan Jendral Shang tadi. Ini kejadian present yang ngasih tau untuk karakter di future, sedangkan scene Jendral Shang adalah kejadian future yang ngasih tau untuk karakter di present. Jadi mau dari masa sekarang ke masa depan atau sebaliknya, sama aja. Inilah kenapa mereka memberi nama anak mereka "HANNAH", sebuah palindrome, yang mau dimulai dari manapun sama aja.

Kesimpulannya, Louis punya kemampuan untuk melihat pengalamannya di momen apapun dalam timeline hidupnya dia, dan itu yang dia bilang “Kalo lu bisa liat seluruh timeline hidup lu, apakah lu mau ubah sesuatu?” dan dijawab oleh Ian “Emm...Ga tau deh..”. Nah...saya berhari-hari memikirkan poin satu ini. Saya menyimpulkan kalo sebenarnya masa depan itu ga akan bisa diubah. Apa yang dilihat Louise, itulah the one and only future she has. Mau apapun yang dilakukannya di present, mau ubah ato ngga, somehow, pada akhirnya, yang terjadi di masa depan ya yang dilihatnya tersebut. Jadi sebenarnya ga ada opsi "mau ubah ato ngga" itu. Dia memang hanya menjalani "takdir"nya. Termasuk scene ending yang dia bisa nelpon Jendral dan melihat masa depan pertemuannya dengan Jendral, ya memang itulah yang semestinya terjadi, bukan karena keinginan dirinya "mengubah" keadaan. Pernah dulu nonton film Time Machine yang main si Memento-Guy Pearce, #spoiler disitu dia coba ubah masa lalu, tapi apapun yang ia coba tetep aja masa depannya berujung yang sama.


Nah ini membawa kita ke pembahasan selanjutnya, kenapa Ian, suami di masa depannya dia, memilih untuk meninggalkannya berdua putrinya, Hannah? Ini masih belum terlalu jelas kenapa, asumsi terdekatnya adalah Ian kesel dengan Louise, dengan ilustrasi berikut ini :

Louise : Ian..
Ian : Mmm...
Louise : Aku mau jujur, aku sebenarnya bisa meliat masa depan..
Ian : Whatttt?? Sejak kapan kamu bisa?
Louise : Aku punya kemampuan ini sejak bertemu alien.
Ian : Trus, apa yang kamu liat saat itu?
Louise : Saat itu aku liat kalo di masa depan kamu jadi suami aku, dan kita punya anak bernama Hannah. Dan aku juga tau kalo Hannah akan mati karena penyakit langka.
Ian : WTF! Jadi, kamu udah tau kalo Hannah bakal mati, tapi kamu tetep aja ga ngelakuin sesuatu untuk ngubah nasib Hannah? Dan kamu malah tetep milih untuk punya anak. Kalo tau gini kita lebih baik ga usah punya anak lah. Jahat banget kamu Louise, udah membohongi aku selama ini. Hal ini terlalu sakit untuk aku maafkan. Aku ga mau sama kamu lagi. Bye!

Apakah kedua-duanya salah? Louise salah ga jujur. Sementara Ian salah main tinggalin aja. Keduanya juga mungkin ga tau kalo sebenarnya ga ada opsi "ngubah" masa depan sebagaimana yang saya bilang sebelum ini.

Nah, ini membawa kita ke pertanyaan terakhir terhadap film ini. Jika kita punya kemampuan meliat masa depan, tapi kita malah ga melakukan sesuatu untuk mengubahnya, lalu, apa gunanya kemampuan tersebut?? Apakah itu pertanda “percuma?” Atau memang itulah takdir kita? Kita hanya bisa menerima takdir?


Dalam film ini, Louise memilih untuk menerimanya dengan ikhlas, menjalaninya apa adanya, dan merangkulnya. Oh God, baru aja terlintas dipikiran dan langsung edit ini, film ini (Louise) mengajarkan kita "what if..kalo kita yang di posisi dia?", what if kalo kalian tau kapan seseorang yang kalian cintai meninggal?? Peluklah anak kamu sekarang, sayangilah orangtuamu sekarang..😢 Selagi dia masih idup..kalian pasti pengen puas-puasin bersamanya.

Apa yang Louise perankan disini menjadikannya sebagai oposisi dari film-film time travel lainnya yang tidak bisa menerima kenyataan dan bersikeras untuk mengubah takdir. Mereka di masa depan mau ubah masa lalu, kalo ini adalah masa sekarang yang ga mau ubah masa depan.

Oh ya..tentang burung yang dibawa ke dalam pesawat alien, itu merupakan cara untuk mengetahui apakah udara disana beracun atau ngga. Cara ini telah dilakukan sejak lama dalam bidang pertambangan. Burung Kenari dibawa masuk untuk ngetes udara dalam tambang. Kalo tu burung bertingkah ngga biasa atau sakit, maka udaranya tidak bagus atau beracun. 


3 komentar:

  1. behhh keren bang, baru nemu blog ini dan udah 2 kali nonton arrival. setelah baca inibanyak banget membuka pikira2. jadi pengen nonton ketiga kalinya. thankk untuk ulasannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah makasih lho udah sempatin baca.. silahkan baca-baca juga artikel lainnya ya, kali aja ada yang disukai juga.

      Hapus
  2. Keren ilustrasinya, makanya menurut Ian Si Louis mengambil keputusan yg salah, dengan tetap menginginkan punya anak

    BalasHapus