Senin, 13 April 2020

Review non spoiler dan Penjelasan Ending Film Burning (2018)


Ini film menurut saya berkesan artsy, atau dulu istilahnya arthouse. Tapi sejak negara api menyerang (baca : indie), istilah arthouse lebih sering diucap "artsy", karena saking menjamurnya anak indie yang klaim berjiwa seni dengan kata-kata puitis dan melukis, mereka menyebut diri mereka anak artsy..katanya artsy sudah pasti indie..sementara indie belum tentu artsy.. Arthouse, sesuai kata dasarnya "art" : bernilai seni, punya estetika. Film artsy temponya cenderung lambat, biar "seni"nya dapet..dan berusaha keras untuk tampil "tidak biasa", baik dialog maupun alur. Tapi sayangnya beberapa diantaranya ga mampu menyajikan plot cerita yg jelas, cuma berkedok estetika dan seni aja. (Ex : Upstream Color, Lost In Translation). Tapi tidak untuk film ini, setidaknya plot ceritanya jelas dan kalo dirunut-runut ya seperti drama misteri pada umumnya. Trailernya bisa klik disini dan berikut adalah reviewnya, tanpa spoiler.

Jong Su, adalah seorang pemuda yang boleh dibilang jobless, punya kerjaan tapi cuma paruh waktu, jadi hidup juga pas-pasan. Suatu hari dia ga sengaja bertemu cewek yang "ngaku"nya temen masa kecilnya, namanya Hae-Mi. Hae-Mi merupakan sosok cewek yang mandiri, sederhana, supel, sepertinya dia pandai bergaul dengan siapa saja. Selain itu dia juga unik, memiliki cara pandang sendiri terhadap dunianya, dia selalu ingin mencari tau arti kehidupan.
 
Sekali dua kali jalan, ya mereka akhirnya jadian. Cita-cita Hae-Mi adalah menjadi aktor, dia pandai bersandiwara, dalam 1 momen dia pamer skill akting makan jeruk yang bisa dibilang memang sangat bagus membuat kita percaya dia makan jeruk beneran dan ngiler. Dia juga suka traveling. Ketika dia berangkat ke Afrika, Hae-Mi menitipkan rumah dan kucingnya kepada Jong Su.
 
Lihat kompaknya Ben dan Haemi pake baju putih dan tatapan yang akrab sementara Jong Su diletakkan ditengah mereka sebagai pemisah dengan warna berbeda
 
Keadaan berubah 180 derajat sepulang Hae-Mi dari sana, karena di Afrika dia berjumpa dengan Ben, cowok tajir ganteng cool baik hati. Hae-Mi terlihat nyaman berada dekat Ben. Membuat Jong Su "terbakar" cemburu. Tapi disini Jong Su ga langsung "sumbu pendek", malah seperti berteman, ngikutin arus, sampe sejauh mana mereka melangkah. Dalam sikapnya yang pendiam, Jong Su justru orang yang paling terjaga untuk melihat gerak-gerik Ben, "lawan"nya yang membuatnya iri. Tapi dia hanya tidak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata, it's only burning inside, itulah kenapa diberi judul "Burning".

Penonton harus bisa memahami karakter yang terbentuk dari latar belakang kedua pria yang saling "bersaing" tersebut. Mereka adalah contoh, hasil, dari dunia kapitalis saat ini yang membeda-bedakan kelas sosial dan ekonomi. Jong Su yang miskin dan jobless serta berasal dari keluarga broken home, akan menjadi seorang yang pesimistis, minderan, pendiam, dan tidak dominan, ga punya power. Kestabilan emosinya juga diperparah karena tinggal di desa perbatasan yang dekat dengan korea utara, dia kenyang dengerin siaran udara yang berisi propaganda
 
Sementara Ben, kaum jet set yang tinggal di apartemen mewah, tenang tanpa gangguan apapun, membuatnya jadi orang yang fokus, optimis, dan percaya diri. Hidupnya enak dan teratur, tanpa beban kerja yang menumpuk, tapi bisa ngafe sana-sini. entah dari mana penghasilannya. Dia juga bergaul dengan siapa yang dia mau, dan  bisa melakukan apa aja yang aneh-aneh terhadap mereka layaknya sosiopat. Tapi penonton tetap tak bisa kita memahami isi pikirannya. Meskipun baik hati, tapi beberapa penggalan cerita hidupnya dan kegiatan yang dilakukannya menimbulkan kemisteriusan, terutama bagi Jong Su, yang diam-diam menyelidikinya. Atas dasar kemisteriusan inilah Ben bahkan berani bilang ke Jong Su begini : "Kalo lu mau bikin novel, bikinlah kisah hidup gue". Kebetulan dalam film ini Jong Su memang bercita-cita jadi penulis novel.

Filmnya bisa jadi sangat membosankan dan menyiksa ingin segera ke ending karena temponya yang lambat. Belum lagi dialog yang ga biasa, kiasan ato artsy nan indie, ada adegan duduk liatin senja sambil ngopi, ngudut trus menari teatrikal. 😅 Satu-satunya yang menahan kita adalah gimana akhir dari cinta segitiga ini? Siapa yang akhirnya berjodoh? Itu adalah harapan klise yang datang dari kita sebagai penonton awam. Tapi percayalah, film  ini bukan hanya sekedar itu, tapi lebih berbobot. Jika memang Jong Su menulis cerita tentang Ben, maka dia harus cari tau endingnya gimana, atau dia akan bikin ending versi dia sendiri.
 
Endingnya cukup mengejutkan menurut saya. Abis nonton akan membuat kita bertanya ato mengambil kesimpulan dengan multi persepsi dari sudut pandang tokoh masing-masing. Persis seperti film Sound of My Voice yang sudah saya review di blog, setiap teori yang kita usung itu masing-masing punya dasar ato hint-nya dalam film. Jadi ya keyakinan masing-masing aja mau mengambil teori yang mana. This film was really slow burning or burning slowly, it was a raging, kemarahan yang dipendam seseorang dapat membakar perasaan dan akal sehat, until someday it's going to explode. Thanks for reading.

anak indie, senja, ngopi, ngudut, puisi, menari

Spoiler Penjelasan Ending Burning (2018) :

Anyway, butuh waktu mikir juga untuk mengetahui kenapa sih endingnya cuma gitu aja..dan keknya memang si filmmaker menyisakannya kepada penonton untuk mengusung teori masing-masing.

Ada 3 teori utama :
A. Ben adalah psikopat, atau serial killer, dan dia membunuh Hae-Mi
Tease/hint :
  • Ben punya kebiasaan aneh yang bisa dikategorikan tindakan seorang psikopat, yaitu membakar gudang plastik hanya untuk kesenangan, atau mendandani cewek yang dikencaninya. Hobi Ben yang membakar gudang plastik itu juga bisa menjadi metafora atas diri Ben yang suka membunuh cewek yang habis dikencaninya. Karena sama-sama "barang habis pakai dan ga digunain lagi".
  • Ben adalah junkies alias perokok ganja.
  • Kaum jet set imagenya sih bisa melakukan apapun yang mereka inginkan, termasuk membuat hiburan diatas penderitaan atau kebodohan orang lain. Hal ini di tease dari Ben yang mengundang teman-temannya untuk ngumpul dan disana mereka melihat Hae-Mi yang dengan polosnya "menghibur" mereka.
  • Ben punya koleksi aksesoris wanita di laci toiletnya, termasuk jam tangan Hae-Mi, yang mengindikasikan kalo itu adalah daftar barang suvenir dari gadis-gadis yang dibunuhnya.
  • Ada kucing dirumah Ben yang diduga adalah milik Hae-Mi.

Saya mau nawarin MLM bang

B. Ben hanya orang kaya biasa dan dia tidak membunuh Hae-Mi.
Tease/hint :
  • Hilangnya Hae-Mi belum tentu dibunuh oleh Ben. Seperti yang ditease oleh teman Hae-Mi yang bilang kalo Hae-Mi punya hutang dan mungkin dia lari dari debt collector. Maka dari ini juga Hae-Mi hobinya travelling, biar ga kebaca jejaknya lari kemana.
  • Hae-Mi adalah pembohong handal. Dia pandai akting, jadi belum tentu dia itu bener teman kecil si Jong Su. Bisa aja dia ngarang cerita dan sandiwara demi kenal dengan Jong Su. Karena dari hasil jawaban warga pemilik warung, mereka ga kenal Hae-Mi, dan juga ga tau apa-apa tentang sumur. Cuma ibu Jong Su aja yang men-tease soal sumur. Tapi namanya juga sumur, bisa aja ada dimana-mana.
  • Kucing yang dirumah Ben belum tentu adalah kucing Hae-Mi. Meskipun Jong Su memanggil kucing itu dengan nama kucing Hae-Mi, trus kucingnya jadi jinak, belum bisa jadi patokan kalo itu kucing Hae-Mi. Pliz de..kucing manapun kalo dideketin dengan lembut emang bisa jinak kok. Lagian ni ya selama di rumah Hae-Mi juga ga pernah tuh Jong Su berjumpa dengan kucingnya.
  • Aksesoris wanita yang ada dalam laci toilet rumah Ben belum tentu merupakan barang sisa pembunuhan. Bisa jadi aja itu kayak kotak titipan atas barang-barang yang ketinggalan di toiletnya kayak "Lost & Found Box". Namanya juga toilet, wanita biasanya suka melepas aksesorisnya. Apalagi Hae-Mi bukanlah satu-satunya wanita yang pernah berada di rumah Ben.
  • Ben adalah gay. Ini di hint oleh scene Ben memasang contact-lens menandakan dia itu cowok "metrosexual", trus ada juga dia mendandani temen ceweknya. Bisa jadi aja jangan-jangan Ben suka sama Jong Su..haha.. ato bisa jadi ini menjadi hint teori A dimana Ben melakukan semacam ritual sebelum membunuh setiap cewek.
  • Jong Su hanya "terbakar" dan ga bisa berpikir sehat gegara banyak penderitaan yang dialaminya, seperti broken home ortunya, hidupnya yang miskin, jealous dengan Ben, kehilangan pacarnya pula, ditambah lagi isi otaknya yang udah terganggu karena segala hal yang diserapnya seperti siaran Korea Utara. Jadi maen suudzon aja ama si Ben.

C. Adegan Jong Su membunuh Ben hanyalah imajinasi dalam otak Jong Su
Tease/hint :
  • Jong Su hobinya nulis novel, dan Ben juga iseng nyuruh Jong Su untuk nulis tentang hidupnya si Ben. Nah, sebelum ending, adegannya ada Jong Su yang sedang nulis di laptop. Mungkin itu dia sedang mikir dan nulis gimana ending dari hidup si Ben. Dan dibayanginnya lah si Ben mati dibunuh oleh dirinya sendiri. Sebuah ending yang "menjual" kan. Novelnya bisa jadi best seller.
So, what do you think guys??
Bagi yang udah nonton, komen dong..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar