Minggu, 23 Februari 2020

Review Sound of My Voice (2011) : Itu Semua Pada Akhirnya Terserah Kamu Yang Memutuskan

Poster Sound of My Voice : imdb

Melanjutkan ke-cult-an film Brit Marling sebelum ini, Another Earth (yang mungkin nanti saya review juga), saya turut menonton film dia lainnya yang juga menjadi cult, Sound of My Voice. Trailernya bisa klik disini. Filmnya sih ga bagus-bagus amat, apalagi temponya sama lambannya dengan Another Earth, cukup untuk membuat penonton berasa diuji kesabarannya. Termasuk saya, seperti biasa, film-film seperti ini memang butuh sabar untuk menunggu apa yang terjadi di ending. Kadang endingnya luar biasa, kadang juga dapat yang zonk. Untuk Sound of My Voice ini, endingnya tengah-tengah lah, ga jelek, tapi juga ga wah..

Filmnya sih drama, cuma menyisipkan sedikit unsur sci-fi time travel di dalamnya. Ini keknya gawe si Brit Marling deh, di Another Earth juga gitu, drama dengan katalis sci-fi di dalamnya. Marling mungkin punya kekaguman tersendiri tentang science, ia merupakan penulis, produser sekaligus pemeran untuk kedua filmnya. Sinopsisnya simpel, ada seorang wanita dari masa depan, tepatnya tahun 2054, bernama Maggie, ya pasti Marling nih yang meranin. Tanpa diketahui sebabnya kenapa, dia terdampar ke tahun 2010, dan diselamatkan oleh pria tua bernama Klaus. Apa yang mereka lakukan selanjutnya ini lah yang jadi plot cerita utama. Mereka membangun sebuah fasilitas tersembunyi di bawah tanah, seperti perkumpulan sekte atau klub pasien, yang isinya adalah orang-orang yang mau "dicerahkan" oleh si Maggie. Orang-orang ini yang diduga atau ingin mempercayai bahwa Maggie adalah benar orang dari masa depan.

Lorna and Peter
Kegiatan ini tercium oleh seorang guru yang terobsesi untuk membuat film dokumenter secara diam-diam tentang "sekte" ini. Namanya Peter, ia merasa curiga bahwa perkumpulan ini adalah sebuah penipuan dan dapat membahayakan masyarakat. Bersama pacarnya Lorna, mereka berdua rela bersandiwara ikut menjadi anggota. Nah, apakah Peter berhasil membuktikan kecurigaannya? Apakah benar ini penipuan? Atau memang Maggie berasal dari masa depan? Inilah yang akan penonton ikuti sampai di ending.


Kalo udah nyebut sekte, pasti tak lepas dari kegiatan atau ritual yang aneh-aneh. Pada sekte "Maggie" ini, mulai dari akses untuk masuknya aja sangat dirahasiakan. Anggota ga bole datang sendiri, melainkan dijemput dan ditutup matanya. Pakaian? Sudah pasti juga dong putih-putih, hampir setiap film dengan adanya sekte di dalamnya pasti pake pakaian serba putih-putih, kayak Midsommar atau Blackkklansman, karena terinspirasi dari Klu Klux Klan kali ya, sebuah sekte rasis. Nah trus, cara mereka jabat tangan juga aneh, dah kayak anak kecil main tepuk pramuka, haha.. Belum lagi ritual aneh lainnya, seperti makan apel trus dimuntahkan, ada juga makan cacing hidup cuy! Ihh... Tapi selain yang aneh-aneh, ada juga yang biasanya. Ada sesi dimana Maggie memang ceramah dan memberikan pencerahan kepada anggota.

Anggota
Maggie adalah sosok yang memang punya kharisma untuk dipuja. Dia cantik, kata-katanya bagus, dan pandai menguasai pembicaraan. Lihat saja tatkala dia menghadapi kondisi dimana ada 1 anggotanya yang ragu kalo dia adalah orang dari masa depan. Ya iyalah ragu, wong diminta untuk nyanyiin satu lagu dari masa depan, eh si Maggie malah nyanyi lagu The Cranberries, tu kan era kita gede alias 90an. Tapi hebatnya Maggie, dia malah berhasil membuat anggota tersebut terdiam.  Tapi tidak untuk Peter. Peter masih menyimpan kecurigaan, dia rela untuk melakukan apa saja demi menyelesaikan penyelidikan yang telah dimulainya.

Jangan harap kalo film ini adalah misteri yang kayak detektifan gitu, karena ini sama sekali tidak se-intense itu. Karena temponya yang lambat, film ini tidak direkomendasikan untuk casual moviegoers. Kecewa nanti kalian. Tapi kalo yang nyari film cult yang beda, boleh masukin list. Karena setelah ending baru kita bisa mengetahui kenapa film ini menjadi cult. Akan ada multi interpretasi terhadap apa yang terjadi sebenarnya di film ini. Yang mana memang diakui oleh sutradaranya, dia menyerahkan film ini kepada penonton untuk menilai sendiri. Kalian akan dibuat bingung dengan adanya 2 karakter pendukung, yaitu seorang petugas Departemen Kehakiman, dan seorang anak SD bernama Abigail, yang hobi utak-atik apa itu entahlah, saya sendiri juga ga tau benda itu apa, semacam teknologi yang aneh. Yang kekgini sih lebih seru dibahas di bagian spoiler dibawah ya.

Abigail
Film ini memang ambisius untuk menampilkan sesuatu yang seolah-olah surreal, tapi mereka terlalu banyak meninggalkan jejak plot hole yang belum terjawab, meninggalkan penonton untuk mengasumsikan sendiri setiap sebab-musababnya. Well..memang itu kehendak filmmakernya, haha.. Untuk ukuran film low budget, ini jadilah, ga bagus amat, tapi juga ga jelek. Saya hanya suka keunikan ide yang diusungnya. Saya selalu suka dengan film yang punya ide cerita unik. Oke sekian dulu review untuk kali ini. See you on the next review. 

<For spoiler, ini bahasannya>

Film ini mau tak mau harus terbagi menjadi 2 versi interpret, Maggie beneran dari masa depan atau Maggie adalah buronan masa kini. Kalo interpret saya sih Maggie beneran dari masa depan, lebih banyak clue yang mendukungnya. Ketimbang nyari clue Maggie adalah penipu, cuma ngandalin quote dari petugas Departemen Kehakiman itu aja. Kita juga ga tau sebenarnya petugas itu jujur ato ngga, bisa aja kan dia juga jangan-jangan agen rahasia dari masa depan juga, yang serba tau nama Lorna, apa rencana Maggie, dan sebagainya. Kalo Maggie adalah buronan masa kini, harusnya dengan gampang mereka udah buntutin Peter dan Lorna sedari awal mereka nyadap kamar mereka.

Clue :
  • Maggie tau jabat tangan khusus Abigail yang dia bilang dia diajarkan dirumah karena Abigail disebutnya sebagai ibunya
  • Abigail bisa saja cerdas dan punya peran spesial di masa depan, melihat dari benda yang diutak-atiknya seperti menara balok hitam itu
  • Atau bisa saja Maggie punya kemampuan time jump, begitupula dengan Abigail. Mereka berdua mungkin punya superpower, mereka berdua memang terlihat aneh. Abigail selalu disuntik sesuatu oleh ayahnya. Sementara Maggie alergi terhadap lingkungan jaman sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar