Kamis, 01 Maret 2018

Penjelasan Umum Tentang Cara Perhitungan Nominasi dan Pemenang Piala Oscar (Academy Awards)

Pergelaran Piala Oscar 2018 telah didepan mata. Sudahkah kamu melihat para nominasinya? Jika belum, klik link berikut ini untuk full list nominasinya. Adakah film jagoan kamu masuk? Well...jika ga masuk, mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa sih bisa ga masuk? Gimana sih caranya film-film masuk nominasi? Siapa yang pilihin? Dan gimana cara nentuin pemenangnya? Nah kamu berada di artikel yang tepat, karena kali ini kita akan bahas tentang Piala Oscar. Untuk versi videonya, kalian bisa tonton di channel Youtube kami ini : Video Penjelasan Piala Oscar.


Gambar : supicket.com

Sejarah Piala Oscar (or lebih tepatnya, Academy Awards)
Yang paling pertama yang perlu kamu tau adalah bahwa sebutan Piala Oscar itu hanyalah sebutan untuk piala yang diberikan kepada para pemenang awards. Awards apa? Jawabannya Academy Awards. Apa itu Academy Awards? Academy Awards adalah ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh Academy. Lah siapa pula itu Academy? Nah Academy adalah sebutan simpel untuk “Academy of Motion Picture Arts and Sciences”, yang disingkat jadi AMPAS, duh...ga enak kedengarannya ya, hehe...maka simpelnya mereka sebut aja deh “Academy”.

Academy adalah sebuah himpunan atau organisasi profesi, yang anggotanya merupakan para pekerja bidang perfilman. Ya kalo di Indonesia semacam HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), ato APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia), nah gitu-gitu deh, himpunan pekerja yang sebidang dan seprofesi. Academy dibentuk pada tahun 1927, isi anggotanya ya para aktor, para sutradara, produser dan teknisi perfilman lainnya. Mereka kemudian menggelar sebuah ajang penghargaan di tahun 1929 yang diberi nama The Academy Awards. Tentu ajang ini diberikan untuk memberikan apresiasi dan penghormatan kepada insan perfilman yang berprestasi dibidangnya. 


Siapa aja member Academy?
Saat ini, member Academy terdiri dari orang-orang dari 17 cabang profesi, yaitu :
Actors
Casting Directors 
Cinematographers
Costume Designers
Designers
Directors
Documentary
Executives
Film Editors
Make-up Artists and Hairstylists
Music
Producers
Public Relations
Short Films and Feature Animation
Sound
Visual Effects
Writers

Tapi...Ga semua orang berprofesi dibidang perfilman itu otomatis jadi member Academy ya. Ada beberapa pilihan cara untuk jadi member, dapat dipilih salah satu. Pertama, seseorang harus dapat undangan khusus dari pejabat Academy, sebutannya Board of Governors, kelompok pejabat organisasi yang diisi 1-3 orang wakil dari masing-masing cabang profesi dalam perfilman. Kedua, dia harus mendapatkan nominasi atas namanya sendiri di salah satu kategori yang diperlombakan di Academy Awards. Atau bisa cara ketiga yaitu kalo mendapatkan rekomendasi dari minimal 2 orang member Academy untuk mengajakmu jadi anggotanya.

Gambar : flixchatter.net

Berdasarkan statistik berikut ini, jumlah member Academy pada awal tahun 2016 adalah sekitar 6.200an, terdiri dari 91% kulit putih, 74% pria, dan usia rata-rata 60 tahun, tua-tua ya, kalo yang muda-muda statistik 6 tahun lalu malah hanya 14% yang usianya dibawah 50 tahun. Jumlah ini tentu akan berubah seiring dengan bertambahnya member baru hasil dari ketiga cara diatas, saat ini saja udah 7.200an.

Nah, Academy Awards rutin digelar setiap tahun, sampailah yang ke-90 pada tahun ini. Lalu jawaban kenapa diberi nama Oscar mana? Well...it’s a long long story dan masih belum jelas asal usulnya...hehe...ada yang bilang diambil dari nama suami salah satu Presiden Academy dulu, ada yang dari nama paman Sekretaris Academy. Udah ga usah permasalahkan namanya, yang jelas hingga sekarang tu piala disebut dengan Piala Oscar. Piala yang terbuat dari perunggu berlapiskan emas, lumayan bro.

Oke, sejarah awardsnya udah tau ya, sekarang, bisa berlanjut jawab gimana nentuin nominasinya. Untuk dapat menjadi calon nominasi, film yang mereka garap dan terlibat di dalamnya, harus memenuhi syarat berikut ini :

Durasi Film
Durasi film minimal 40 menit, jadi ya percuma aja kalo akting loe sangat apik tapi cuma berlangsung selama 39 menit 59 detik, haha... 

Penayangan
Film tersebut harus tayang minimal di bioskop di Los Angeles selama 7 hari berturut-turut ato kalo ga gadis berambut panjang di film The Ring will kill you.. 

Format
Minimal harus ada tayang dalam format bioskop, ga bole cuma dalam format laen kayak DVD atau di layar TV. 

Periode Rilis
Periode rilisnya juga berlangsung dalam 365 hari kalender mulai 1 Januari sampe 31 Desember tahun sebelum Academy Awards digelar

Syarat Teknis Lainnya
Ya syarat khusus seperti kamera model berapa, lensanya, fps-nya, pixelnya, dan juga audionya. 

Nb : Syarat-syarat tersebut diatas ga berlaku untuk film-film dokumenter atau film dari luar Amerika.

Kalo film tersebut udah memenuhi syarat diatas, maka filmnya layak untuk masuk daftar film yang bole dimasukkin ke dalam daftar calon nominasi. Tentu akan ada jumlah film yang luar biasa banyak yang bisa masuk calon nominasi ini.

Gambar : nofilmschool.com

Next round, gimana menentukan dan (akhirnya) mendapatkan “List of Nominess”? Begini nih, dari sekian banyak film yang telah lulus bahan tadi (List of Eligible Releases), pihak panitia awards memberikan kertas kosong (online atau offline) kepada semua member berdasarkan cabang profesi masing-masing. Di kertas itu, para member menuangkan 5 nama atau film yang mereka anggap sebagai peringkat 1 s.d 5 terbaik calon nominasi versi mereka. Karena judul kertas tadi sesuai profesi, maka member yang cabangnya aktor hanya boleh menuliskan nama-nama aktor, para sutradara hanya boleh mencalonkan sutradara, begitupula yang lainnya, hanya boleh tulis yang satu cabang profesi. 

Dalam perhitungan, ada istilah “Magic Number”, yaitu angka yang secara history dan perhitungan kasar adalah jumlah minimum yang mesti dicapai untuk lolos sebagai Nominasi. 

Rumusnya adalah :

Jumlah member di cabang kategorinya
Jumlah possible nominees (5) +  1

Ambil contoh gampang nih ya, anggap aja jumlah member Academy yang cabang aktor ada 1.000 orang, nah kalo Tom Cruise mau jadi nominasi, maka dia harus dapat minimal 167 orang (1.000 : 6) yang menulis namanya di nomor teratas (first place) aktor terbaik. Kalo ada 6 aktor yang dapat seragam sama 167 suara gimana? Sementara jumlah nominasi cuma tersedia 5. Ga mungkin! Coba aja kalian hitung 167 x 6 nominees = 1.002 orang, kan berlebih dari 1`.000 tuh. Maka pasti ada 1 nama yang kurang dari 167 suara di peringkat pertama yang harus gugur sehingga tersisa 5 nominees saja. Tapi sebaliknya gimana kalo ga ada satupun aktor yang nyampe 167 suara di peringkat satu??? Nah, inilah yang namanya ketiban rezeki putaran selanjutnya. Di putaran ini, kertas milik member yang pilihan aktor nomor satunya memiliki jumlah paling sedikit, dia akan gugur. Ingat ya, yang gugur adalah nama aktor peringkat satu di kertasnya. Maka nama aktor yang berada di peringkat kedua kertas tadi naik menjadi nomor satu, dia jadi dapat tambahan 1 first place. Setelah putaran kedua ini, masih belum ada yang nyampe “Magic Number”? Maka lanjut sortir sekali lagi, menggugurkan nama-nama aktor yang jumlah first place-nya paling sedikit, dan nama aktor di peringkat bawahnya naik menggantinya dan mendapatkan 1 angka first place. Begitu seterusnya hingga mengerucut menjadi 5 nama yang memiliki jumlah first place terbanyak.

Perhitungan seperti ini juga berlaku untuk kategori-kategori lainnya, yang membedakan hanyalah “Magic Number”-nya saja. Untuk lebih rinci mengenai berapa jumlah member di masing-masing cabang beserta “Magic Number”-nya, kalian bisa klik disini.

Beda halnya dengan kategori Best Picture, semua member memberikan suaranya, tanpa pandang cabang profesi, mereka harus mengisi daftar 10 film yang mereka calonkan sebagai nominasi Best Picture. Dan perhitungan nominasinya juga simple, 10 film yang mendapatkan first place terbanyak dan minimal 5% dari total member, merekalah yang masuk nominasi. Kalo jumlah member Academy ada 7.000 orang, maka sebuah film harus minimal dapet suara first place minimal 350 suara sebagai syarat calon nominasi, itupun belum pasti nominasi karena mesti dilihat apakah dia masuk sebagai 10 terbanyak first place-nya.

Gambar : oscar.go.com

Alright, masih bersama saya?? Sampe disini ngerti?? Kalo iya, mari kita lanjut ke bagian akhir, bagaimana nentuin “The Winner”. Nah, setelah daftar nominasi dirilis panitia awards, mereka memberikan lagi kertas voting yang berisi semua nominasi di semua kategori kepada semua member Academy. Jadi para member harus memberikan suaranya sekali lagi. Tapi kali ini, semua member bole voting untuk semua kategori, jadi ga hanya votingin cabang profesinya saja, Leonardo DiCaprio bisa memberikan pilihannya untuk kategori Best Director dan sebagainya. Member hanya tinggal “mencentang” satu nama sebagai pilihan mereka untuk masing-masing kategori. Dan siapa yang namanya dapet “centangan” paling banyak di masing-masing kategori, merekalah yang menjadi pemenang. 

Terkecuali untuk kategori Best Picture, para member tidak lagi ditawarkan untuk memvoting para nominasi Best Picture yang ada, karena perhitungan pemenang Best Picture hanya cukup melalui voting awal tadi. Yang mana yang menang? Untuk dapat disahkan sebagai pemenang Best Picture, sebuah film di nominasi Best Picture harus mendapatkan lebih dari 50% suara. Kalo dari semua nominasi Best Picture ga ada yang nyampe syarat tersebut, maka panitia akan menggugurkan nama film yang first place-nya paling sedikit. Dan terhadap kertas suara yang film first place-nya digugurin tadi, maka film yang berada di nomor kedua naik menjadi nomor satu. Ya jadi kayak metode penentuan nominasi kategori lain tadi, hanya saja bedanya “Magic Number”-nya Best Picture bukan rumus tadi, tapi adalah lebih dari 50% total first place-nya, maka otomatis menjadi pemenang. Bahkan pemenang Best Picture bisa saja diketahui lebih dahulu jika ada yang bisa dapetin lebih dari 50% first place dari hasil awal voting tadi. 

Whooaahhh....ribet yak....so...sekarang kamu bisa tau kenapa film kamu bisa masuk ato ga. Begitulah prosesnya. Semoga informasi ini dapat menambah pengetahuan kita ya tentang dunia perfilman. 

BONUS
Tentang Piala Oscar ini masih ada yang nanya : “Kok film-film yang masuk nominasi itu ga familiar yah? Kapan tayangnya? Kok film-film beken macem Fast Furious, Mission Impossible dan film superhero ga masuk nominasi Oscar?”. Well...you’re not the only one, there are a lot of people yang merasa terganjal dengan hal ini. Termasuk saya, so, what is really going on? Lets dig it deeper. Mari kita coba analisa.

Gambar : youtube.com

Pemilihan film di ajang Piala Oscars menurut saya sudah pasti subjektif, karena film, dimanapun, akan selalu subjektif. Film bukanlah hitungan matematis yang sangat objektif, hasilnya mutlak harus itu. Karena apa? Karena selera dan sudut pandang seseorang dalam mengkonsumsi film tentu beda-beda. Termasuklah selera dan sudut pandang para member Academy yang menjadi penentu para nominasi. Mungkin kalo kita sebagai orang awam yang dikasih kertas suara, tentu hasilnya juga akan beda, sesuai selera masyarakat pada umumnya. Saat ini, Academy berisi 7.200an orang, yang rata-rata usianya adalah 60 tahun, hanya sekitar 14% saja yang usianya dibawah 50 tahun, jadi itu organisasi udah tua-tua orangnya ya, hehe... Statistik ini membuat saya berasumsi bahwa para member adalah orang-orang tua yang old fashioned, segmented, marjinal dan konservatif terhadap tradisi perfilman lama dan anti modernitas. Kurang mengikuti trend film jaman now, yang dibuat oleh sineas-sineas muda dan menjangkau penonton yang muda-muda juga. Film-film jaman now dengan genre dan tipe yang lebih modern, revolusioner, imajiner dan kreatif, agresif tapi progresif, bahkan cenderung ambisus, berani ambil resiko keluar dari arus alias antimainstream, tema-tema yang out of the box, breaking social barrier, bahkan cenderung weirdo dan bizzare, menjadi improvisasi dan variasi serta influencer. 

Selain asumsi diatas, ada juga masalah yang datang dari tipe aktor/aktris yang disukai, ini juga sangat subjektif bahkan cenderung rasis. Hampir di tiap gelaran Piala Oscars, yang mendominasi adalah orang-orang berkulit putih, sampai-sampai populer sebuah hashtag bernama #OscarSoWhite dan sampai ada yang mau boikot pergelarannya juga karena tidak adil terhadap orang-orang non kulit putih. Setelah mengetahui statistik member Academy, ya wajar begitu because the number or white people in Academy is too damn high. Hampir 90%-nya kan orang kulit putih. Nah kesenjangan ini sedikit demi sedikit dibenahi oleh Academy. Mereka mulai mengundang banyak non kulit putih untuk jadi member sejak tahun kemarin. Diskriminasi seperti ini juga terjadi di segi gender, jauh timpang perbandingan antara yang pria dengan wanita. Pembenahan disisi ini juga dilakukan Academy dengan target 2020 nanti perbandingannya menjadi sedikit berimbang.


Fenomena diatas disebut beberapa pengamat sebagai lack of diversity. Ya, Academy Awards sangat minim variasi, baik variasi jenis film, ras dan gender. Saya mau komentari soal jenis film, hampir dalam setiap gelarannya, yang masuk nominasi kebanyakan adalah film-film drama, yang memasukkan unsur-unsur berikut ini : LGBT, rasis, true story, sejarah ato biografi, disability ato penyakit kronis, sexual abuse, drugs addict or junkies, kasus sosial yang tabu, skandal, konflik agama, dan juga politik. Kemana perginya film-film seperti superhero, fantasy, sci-fi, comedi, action, horror dan thriller mystery?? Hanya tuhanlah yang tahu.... I’m not saying those drama movies were bad, saya ga pernah bilang kalo film-film drama yang nominasi Oscar itu jelek-jelek, ngga.. ga pernah kok..bahkan saya pernah tonton beberapa film dan memang bagus, bagus sesuai tipe genrenya, drama, seperti Birdman, Theory of Everything, La La land, Whiplash, The Imitation Game, The Grand Budapest Hotel, Social Network, dll deh. What I’m trying to say is..harusnya kalo ga mau dibilang lack of diversity, ya bisa saja kalo mau fair film-film genre lain yang juga bagus pada tipe genre-nya masing-masing juga berhak dicalonkan.

Let me tell you a secret...bahwa tidak semua member Academy nonton semua film yang di nominasikan. (What..???) Ya coba kita pikir aja, member kan pekerja juga, tentu sebagian waktunya habis untuk bekerja, kapan lagi punya waktu buat nonton daftar film yang begitu banyak. So, menuliskan daftar calon nominasi bisa saja tebak jinggo, atau melihat apa yang sedang trend, mencontek review orang lain, teman atau awards sejenis, like or dislike, atau nepotisme. Kesimpulannya, Academy Awards bukanlah sebuah rapor angka bagi sebuah film, melainkan hanya sebagai alternatif referensi kita sebagai penonton untuk mengetahui apakah film itu bagus atau tidak menurut beberapa orang (voters). Sedangkan menurut kita sendiri belum tentu sama, dan yang paling penting adalah penilaian kamu sendiri. Kamu bisa membuat pemenang “Oscar” versimu sendiri, hehe... Semua orang bebas berpendapat, kita bole suka atas film tertentu dan begitu pula sebaliknya kita bole ga suka dengan film tertentu juga. 

Sekian dulu ya, maaf kalo ada salah informasi dan salah kata..Caw....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar