Sabtu, 20 Februari 2016

Rivalitas, Kehormatan dan Sportivitas. Review Film Rush (2013) By Muhammad Ilham (JMFC 041)



Gambar : en.wikipedia.org

God, I Miss this Blog, lama ga ketemu ya guys, banyak hal yang menyebabkan saya ga bisa nulis di Blog kita tercinta ini, salah satunya adalah kemalasan, yah males adalah salah satu kelemahan terbesar saya, tau ga guys berapa lama waktu yang saya perlukan buat nyelesain artikel ini? 4 bulan. Yes guys, 4 bulan mulai dari JMFC Anniv pertama eh ga selesai, taun baru eh juga ga selesai, mungkin udah 5 kali rombak ini review, intinya kali ini harus selesai dan harus di posting. Mungkin kedepannya saya akan mereview film dengan pembahasan yang lebih singkat dan straight to the point aja tanpa harus menghilangkan inti dan kualitas dari review itu sendiri, sehingga perbendaharaan pustaka review JMFC lebih cepat bertambah dan tentunya pengetahuan kita semua juga bertambah, tentu saya open suggesting dan kritik dari teman-teman semua.

Gentlemen …..Start Your Engine vroooooommmmmmmmmmmmm,

By the way beberapa waktu yang lalu, kalian mesti tau kan salah satu trending topic yang jadi buah bibir di dunia maya dan dunia Nyata? Yap Rossi Vs Marques, Pedrosa and Lorenzo (bener ga sih nama-namanya? Hehehe.. maklum ga terlalu gemar nih Moto GP) yang saya baca dan riset di internet, Insiden Marques jatuh dari motornya akibat tendangan Rossi (simpang siur sih kebenarannya) yang mengakibatkan Vale di penalty 3 poin dan start paling buncit di GP Valencia dan akhirnya Lorenzo yang meraih juara dunia namun Rossi juara di hati masyarakat.

Sedikit banyak film Rush (2013) menceritakan mengenai tema yang sama yaitu rivalitas antara dua Pembalap Formula 1 yaitu James “The British Playboy” Hunt (played by Chris Hemworth a.k.a our beloved Thor), dan Nikki ”The Austrian Professor” Lauda (played by Daniel Bruhl). Kenal kah kalian dengan dua nama itu? Hanya penggemar F1 yang fanatik biasanya yang tau dengan mereka, kalo yang awam paling banter tau ama Michael Schumacher ya kan? 

Mungkin pertama kali melihat film ini pasti banyak yang mengira ini film bercerita tentang mobil balap, tapi sebenarnya film ini bercerita mengenai kondisi dalam diri manusia, rivalitas tanpa ampun dan seberapa jauh yang mampu kita lakukan demi mendapatkan apa yang kita inginkan.

Film ini berpusat pada F1 World Championship tahun 1976 dan perseteruan antara Hunt dan Lauda di ajang kompetisi tersebut, keduanya dikenal sebagai musuh berat di track namun sebenarnya di luar track mereka adalah rival yang saling menghormati dan satu sama lain. Perseteruan keduanya dalam track tidak tanggung-tanggung, bahkan membahayakan nyawa.

Gambar : Universal Pictures

Pengenalan karakter yang tidak terburu-buru namun juga tidak lambat membuat film ini begitu enak untuk terus diikuti (dengan durasi 2 jam terasa seperti 30 menit bagi saya) Hunt dan Lauda pertama kali bertemu di Tahun 1970 dalam ajang Formula 3 pada balapan di Crystal Palace. 

Dalam film ini terlihat penggambaran Hunt sebagai seorang pembalap yang bebas, congkak, playboy dan memiliki paham hidup cepat mati muda namun ngetop (hehehehe), performa Chris “Thor” Hemsworth sungguh memukau dan mengejutkan, Chris mampu menjabarkan dan menghidupkan sosok Hunt dengan sempurna. Di sisi lain ada Daniel Bruhl sebagai Lauda yang jenius, tehnikal, Freak serta memiliki determinasi tinggi, dan tentu ciri khas lauda yaitu sifat sedingin es. Bruhl pantas mendapat tepuk tangan dari saya disini, Outstanding…,bagaimana seorang Bruhl (yang notabene saya belum banyak tahu mengenai aktor ini) begitu menghidupkan Lauda baik fisik, cara bicara bahkan sifatnya sendiri dan di F1 World Championship 1976 begitu mengubah kehidupan sosok Lauda dimana dia “pergi ke neraka dan kembali lagi” (kalian akan tau maksudnya kalo udah nonton ini film). Olivia Wilde dan Alexandra Maria Lara memainkan love interest dari kedua pembalap dengan apik dan memberikan performa yang berkualitas, serta porsinya pun pas menurut saya. 

Selain itu pekerjaan camera yang menurut saya sungguh briliant, beberapa angle yang diambil dengan kreatif dan difilmkan dengan cantik pada saat aksi jet-jet darat dalam track. Pengambilan shot dalam helm pembalap, memberikan rasa bagaimana menjadi seorang pembalap, Pemberian efek CGI walau masih agak terlihat (namun bisa dimaafkan), dan tak lupa sound effect dari mesin F1 itu sendiri. Kalo sound system anda 7.1 surround sound beh mungkin pecah tu kacamata hehehehe. Oke tanpa harus membocorkan plot yang ada film ini sungguh saya rekomendasikan bagi anda pecinta F1 dan bahkan yang bukan pecinta F1 (kayak saya) dan yakin lah film ini akan berkesan bagi anda. 

Pros : Cons : 
- Briliant Acting 
- CGI Work terlihat jelas
- Realistic Filming
- Terinspirasi dari Kisah Nyata
- Sound Effect yang cetar bedegar
- Camera work yang kreatif

Imdb : 8.2/10
MetaScore :75
Rotten Tomatoes : 89%
Personal Opinion : 9/10

JMFC 041 - Muhammad Ilham

1 komentar:

  1. Finally.. you're back on track.. hehe.. it's okey vroh.. Great review btw!

    BalasHapus