Rabu, 04 Oktober 2017

Top 10 Film Yang Menyinggung Atau Berhubungan Dengan Overpopulasi

Tahukah anda bahwa jumlah manusia yang hidup diatas bumi saat ini telah mencapai angka 7,5 milyar jiwa??? Silahkan cek updatenya di world population meter ini. Sekedar pembanding yang paling gampang adalah lihat grafik pada gambar di bawah. Pada tahun 1900, kurang lebih satu abad lalu, jumlah penduduk hanyalah +/- 2 milyar jiwa saja. Yang kemudian meningkat sangat drastis pada tahun 2000an ini menjadi 6 milyar jiwa. Dan jika garis tanjakan itu diikuti, maka diprediksi akan terjadi ledakan penduduk dalam abad ini juga. Mungkin sebagian dari kita akan menjawab : “So, what’s the matter? Hidup masih baik-baik ini kok, kalaupun terjadi ledakan penduduk di masa depan itu mungkin kita udah pada mati, jadi ga ngaruh apa-apa di kita. So why should I f*cking care?”. Hell yeah...kalian memang mungkin udah mati, tapi warisan kematian yang kalian tinggalkan untuk anak, cucu dan cicit kalian adalah sebuah kiamat kecil, bumi yang sekarat, tertindih oleh padatnya penduduk, alam yang tergerus untuk kebutuhan hidup manusia. So, jika kalian sayang anak kalian, you should really f*cking care, right?.

Gambar : treehugger.com

Kita sendiri dapat membayangkan secara simpel apa saja akibat yang terjadi karena overpopulasi ini. Sebut saja misalnya lama-lama hutan akan habis, karena lahannya di pakai untuk membangun gedung atau perumahan baru, kayu-kayunya juga habis dipakai untuk terus memenuhi pesanan perabot rumah tangga, bukit semen akan tergerus habis untuk memenuhi permintaan konstruksi bangunan, bumi makin bolong akibat bijih besi di perut bumi terus ditambang, kendaraan tambah banyak sementara jalan aspal ga nambah-nambah, macet dan polusi udara akibat banyaknya kendaraan tentu makin parah, ozon di atmosfer makin tipis, hingga bumi makin panas, es di kutub mencair akan menjadi banjir sangat besar. Belum lagi banyaknya pengangguran dibandingkan lowongan kerja yang tersedia. Manusia hidup membutuhkan biaya, ini akan menjadi katalis yang paling kuat terhadap meningkatnya angka kemiskinan dan kemudian diikuti dengan tingkat kriminalitas karena keterpaksaan untuk memenuhi biaya kebutuhan. Sumber daya alam ini terbatas, yang konsumsi banyak, maka bisa jadi mungkin suatu saat akan terjadi perebutan sumber daya untuk dapat bertahan hidup. Final result? Jawab sendiri aja dalam hatimu.

Overpopulasi memang suatu masalah yang sangat concern disinggung oleh banyak pihak diseluruh belahan dunia sejak jaman milenial ini. Termasuklah para praktisi di bidang perfilman. Mereka yang merasa perlu untuk menyampaikan pendapat tentang overpopulasi ini berani untuk membuat karya yang isinya terdapat latar belakang alasan, ide, doktrin, dan akibat dari masalah overpopulasi ini. Ada yang masuk akal, tapi juga ada yang radikal. Doktrin yang dikumandangkan juga tak sembarangan karena disadur dari teori ilmiah dan ilmu pengetahuan. Gambaran bumi yang dystopia pasca mini apocalypse akibat dari overpopulasi juga menjadi imajinasi yang sangat berasa nyata di depan mata. Nah, dari itu semua, saya memilih dan membahas singkat 10 film yang menurut saya menyinggung atau menggambarkan tentang overpopulasi. But maaf nih, artikelnya tidak bisa saya buat spoiler free, karena sudah tentu mengandung spoiler, major spoiler malah, hehe...ya iya lah karena udah ketahuan bahwa ini film berlatar atau bersetting tentang masalah overpopulasi. Check this out :

Gambar : sonypictures.com
Film yang diangkat dari novel ini merupakan film ketiga dalam urutannya setelah sebelumnya ada The DaVinci Code dan Angels And Demon. Film ini dibintangi oleh aktor ternama Tom Hanks dan Felicity Jones. Ron Howard, yang menukangi installment ini dari film pertama, tetap membawa ciri khas film, yaitu teka-teki misteri yang dibumbui dengan crime-thriller-action plus banyak unsur pariwisatanya, hehe... Ya iyalah karena di tiap filmnya sang aktor banyak pergi ke tempat-tempat yang merupakan objek wisata sejarah yang menjadi clue atau hint dari teka-teki misteri yang coba dipecahkan, sehingga penonton berasa selalu diajak jalan-jalan wisata ke berbagai belahan Eropa. Film ketiga ini cukup bagus meskipun tak sebagus predesessornya. Tom yang berperan sebagai Robert Langdon, seorang ahli sejarah dan simbol, dilibatkan oleh WHO untuk dapat membantu mereka mengungkap sebuah rahasia besar dari seorang ilmuwan bernama Bertrand Zobrist. Rahasia itu adalah sebuah zat penemuan, yang dianggap dapat mengancam keselamatan penduduk dunia.

Apa yang menarik dari film ini? Dari opening scenenya saja sudah menyatakan bahwa ini tentang overpopulasi. Zobrist adalah ilmuwan yang sangat concern tentang masalah overpopulasi. Saya juga sangat setuju dengan presentasinya yang menyatakan manusia saat ini jumlahnya sudah sangat over dan mereka bereproduksi sangat cepat dan banyak. Zobrist menggambarkannya seperti bakteri dalam gelas kaca, yang dengan cepat membelah sel tunggal menjadi ganda, hingga gelas tersebut tidak lagi muat untuk menampungnya. Gelas itu adalah bumi kita, dan kita adalah bakterinya. Ilmuwan yang diperankan oleh Ben Foster ini berhasil menciptakan zat khusus yang dia anggap sebagai solusi untuk masalah overpopulasi ini. WHO mengira zat itu adalah senjata biologis pemusnah masal sehingga upaya melepaskan zat tersebut harus mereka cegah. Mengetahui hal ini, Zobrist telah dengan sangat cerdas membuat rencana pelepasan zat yang melibatkan banyak pihak dan tentu dengan teka-teki misteri yang menjadi ciri khas film. Sayangnya, endingnya berbeda dengan versi novelnya, terutama tentang kemampuan zatnya. Di film, zat ini memang untuk membunuh dan tak sempat dilepaskan, sedangkan di buku zat itu berhasil dilepaskan dan kemampuannya "hanya” untuk menghambat proses fertilisasi pada organ reproduksi manusia. Bertujuan untuk mengecilkan persentase pembuahan dan tentu berujung untuk menurunkan pertumbuhan penduduk. Ini sekaligus menjawab pertanyaan kita ya bro Nendra.



What Happened To Monday juga mempunyai judul lain yaitu Seven Sisters. Film ini sebenarnya bergenre action crime, mengisahkan tentang sebuah keluarga yang berjuang menyelamatkan diri dari serangan petugas pemerintah. Keluarga ini unik, ada 7 bersaudara kembar, diberi nama sesuai nama hari, Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday, Saturday until Sunday, semuanya diperankan oleh aktris hebat Noomi Rapace. Bertahun-tahun hidup mereka hanya boleh keluar rumah di hari yang sesuai nama mereka. Dan diluar mereka berperan sebagai satu identitas, Karen. Sampai pada suatu saat dimana terjadi sesuatu terhadap Monday. Saudaranya yang lain harus berjuang menyelamatkan situasi ini. But, kenapa sih memangnya? Kenapa mereka cuma boleh keluar di hari tertentu gitu? Kenapa pemerintah menyerang mereka? Nah jawabannya inilah yang menyangkut tentang overpopulasi.

“Dalam 50 tahun terakhir kita telah menggandakan populasi, dan semakin hari semakin banyak orang di planet ini. Ini adalah the biggest crisis on earth!”. Yak, narasinya tidak bohong, memang sesuai data, dari 1950an ke tahun 2000an berlipat ganda, dari 3 milyar ke 6 milyar, jumlah ini akan terus bertambah berlipat ganda lagi, menjadi krisis terbesar di bumi, tentu terkait kemampuan bumi menampung itu semua. Nah, untuk merespon hal ini, pemerintah setempat mengeluarkan peraturan bahwa setiap keluarga hanya boleh memiliki 1 orang anak saja. Kalau lebih dari 1 maka akan dieliminasi. Maka wajar apa yang terjadi dalam film menggambarkan perjuangan Monday bersaudara untuk menyiasati peraturan pemerintah tadi. Sebenarnya peraturan seperti ini sudah pernah diterapkan di China pada tahun 1980 s.d 2015. Kebijakan tersebut bernama One Child Policy, bahwa setiap keluarga hanya boleh mempunyai 1 orang anak saja. Hal ini didasarkan oleh pertumbuhan penduduk di China pada 1979 sangat tinggi sehingga perlu direm. 

Gambar : imdb.com
Perlawanan warga melawan pemerintah juga terjadi di film The Thinning ini. Kondisi negara Amerika saat ini sedang dalam kekurangan sumber daya akibat overpopulasi, sehingga memaksa pemerintah melakukan solusi instan yaitu : kurangi populasi manusia. Cara pemerintah mengurangi inilah yang menjadi persoalan dalam film. Dilatarbelakangi keingingan pejabat, Governor Dean (Matthew Glave), untuk menjadikan Amerika sebagai The Number One Most Educated Population Country, pemerintah menggelar ujian rutin terhadap anak-anak dan remaja untuk menentukan siapa yang berhak hidup, yaitu mereka yang lulus ujian. Cerita menjadi menarik ketika yang tidak lulus ujian justru anak Governor sendiri, Blake Redding, yang diperankan oleh Youtuber terkenal, Logan Paul. 

Satu nilai positif dari film ini adalah peraturan yang berlaku tidak pandang bulu, sehingga anak pejabat yang gagal ujian pun tetap ditindak. Mereka ditahan dalam sebuah gedung khusus. Filmnya menyajikan suasana thriller yang cukup menegangkan, melihat bagaimana upaya dari Blake beserta “korban” lain menyelamatkan diri dan menentang sistem ini. Ya lumayan lah untuk ditonton, meskipun diisi oleh cast B grade, namun setidaknya young dan fresh, hehe...

Gambar : sonypictures.com
Sacha Baron Cohen absolutely f*cking crazy! Haha...he is in the god level of smart rude sarcas jokes. Ini film sangat saya rekomendasikan buat hiburan mengocok perut anda sepanjang film dengan komedinya plus sedikit bumbu action. Bagian paling lucu bagi saya adalah saat adegan tembakan beracun, anjay bajay, haha... Filmnya bener-bener lucu tingkat dewa namun tetap cerdas dalam script dan plot. Thanks buat yang rekomendasiin ini dulu, lupa saya Jeeren atau Barna ya, hehe... Sesuai judulnya, film ini menceritakan kisah dua bersaudara dari kota Grimsby. Mereka terpisah sejak kecil, dan bertemu lagi ketika dewasa namun dalam keadaan nasib yang berbeda. Sang kakak, Nobby yang Sacha perankan adalah seorang yang hidup sederhana sebagai hooligan fanatik dan beranak 9, sementara sang adik, Sebastian (Mark Strong) adalah seorang secret agen top dari MI6. Pada suatu misi secara tak sengaja mengharuskan mereka berdua bekerja sama sebagai sebuah tim untuk mencegah ledakan bom di sebuah pertandingan final sepakbola.

So, apa hubungannya dengan overpopulasi? Adalah sebuah rencana dari seorang villain dengan bibir sexy, Rhonda George yang dimainkan oleh Penelope Cruz, yang menjelaskannya di tengah akhir film. "Who said there is a bomb?" Ya...sesungguhnya tak ada bom yang dimasalahkan. Ternyata, apa yang hendak diledakkan di pertandingan final adalah sebuah virus penyakit yang akan membuat manusia mati dalam 2-3 minggu setelah terinfeksi. Kenapa final sepakbola? Karena di dalam stadion itu isinya orang-orang dari belahan dunia, sehingga ketika mereka pulang ke negara masing-masing membantu memperluas penyebaran virus. Kenapa Rhonda mau melakukan ini? Terdorong oleh satu niat baik sih sebenarnya, ingin menyelamatkan dunia, bumi ini, yang menurutnya sedang sekarat karena menampung 7 milyar jiwa sedangkan daya tampungnya hanya 5 milyar. Merasa perlu untuk mengurangi populasi, dia mentargetkan virus tersebut untuk membuat mati orang-orang yang menurutnya “sampah”, yaitu orang-orang yang hobinya mabuk dan bereproduksi kayak kelinci alias banyak. Hmm...

Gambar : imdb.com
Film yang satu ini baru saja rilis sekuelnya sih, The Golden Circle. Baik film pertama maupun yang kedua tetap mempertahankan ciri khasnya yang nyentrik. Tapi yang menyinggung tentang overpopulasinya adalah film yang pertama ini. Film tentang agen rahasia Kingsman ini adalah paket action yang mumpuni, tangguh dalam penyajiannya, saya suka gaya visual setiap adegan actionnya yang “rusuh”. Ceritanyapun cukup berbobot, dengan cast juga berbobot seperti Colin Firth sebagai agen Harry, mentornya si Eggsy (Taron Egerton), Mark Strong sebagai Merlin dan Samuel L. Jackson sebagai Valentine. Alur cerita juga oke, banyak twist-twist kecil didalamnya. Ya, seperti nonton James Bond, just a little bit younger and more funny.

Letak overpopulasinya dimana? Well...perumpamaan singkat dari Mr. Valentine ini mak jleb banget, sad but true, membuat kamu merenung sejenak : “Ketika kamu terkena virus, maka kamu akan demam dan tubuh akan merespon dengan memanaskan suhu tubuhnya dengan tujuan untuk membunuh virus tersebut. Begitu pula dengan bumi, global warming adalah demam, dan manusia adalah virusnya. Kita membuat planet kita sakit. Pembinasaan is the only hope. Kalau kita tidak mengurangi kepadatan penduduk ini, hanya akan ada 2 hal yang dapat terjadi : the host (bumi) kill the virus (manusia),or the virus kill the host. Eitherway, the result is the same, the virus is dead!”. Damn...skakmat nih..bumi ini sakit dan perlu diselamatkan dari diri kita sendiri, kayak dalam film The Day The Earth Stood Still. Jadi si Valentine ini merencanakan sebuah pembinasaan masal terhadap manusia guys. Caranya? Iklan yang menipu, dia memberikan ke seluruh orang secara gratis SIM Card hape yang bisa dipakai untuk menelpon dan internetan gratis! Widih...siapa yang ga tergiur coba. Lewat SIM Card itu nanti Valentine menyiarkan frekuensi khusus yang membuat si pemegang hape dan orang sekitar hape terhipnotis menjadi brutal dan saling membunuh. Fiuhh...Cruel... Dan para agen Kingsman berjuang melawan waktu peluncuran frekuensi demi mencegah perkelahian dan kebrutalan masal. 

Gambar : wikipedia.org
Kesadaran akan overpopulasi ini tak hanya datang pada jaman milenial ini saja lho. Buktinya adalah dari film ZPG yang rilis tahun 1972, singkatan dari Zero Population Growth. Film ini mengisahkan di masa depan, tertutupi oleh polusi, sebagai akibat dari overpopulasi. Sumber daya seperti hewan punah dan hanya bisa ditemui di museum alias diawetin, sehingga manusia makan dari pasta. Kalau keluar rumahpun mereka harus pakai alat bantu bernafas. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah mengeluarkan peraturan untuk tidak boleh punya anak bagi setiap orang tua. Kalau sampai melanggar peraturan ini maka kena penalti hukuman mati. Pada suatu ketika, Carol, seorang istri yang mengimpikan seorang anak memilih untuk mengandung dan punya anak secara diam-diam. Ketika bayinya lahir tentu mengakibatkan kecemburuan sosial dimata tetangga. Konflikpun tak terelakkan terhadap perebutan bayi. Kerumunan orang meneriakkan “Baby...baby...” kayak udah ga lihat bayi bertahun-tahun. *lah kan emang iya, haha...*

Gambar : imdb.com
Sama dengan ZPG, film ini diproduksi setahun setelahnya. Film ini menampilkan bumi pada tahun 2022 dalam kondisi dystopian future, yang telah terkena dampak global warming dan polusi udara akibat efek rumah kaca. Suhu udara panas, orang-orang berkeringatan. Gambaran overpopulasi tampak pada banyaknya orang berkeliaran di jalanan dan bahkan sampai tak mempunyai tempat tinggal sehingga tidur bertumpuk “susun sarden” di mana saja. Film ini sebenarnya lebih tepat bergenre crime mystery. Seorang polisi bernama Frank, ditugaskan untuk mencari tahu seluk beluk kasus pembunuhan seorang konglomerat, William. Film ini membuat kita bertahan ingin tahu ada apa sebenarnya. Dan ketika tahu, kenyataan itu memang pahit.

Karena global warming, hewan dan tanaman sulit hidup. Aneh rasanya melihat mereka menganggap segenggam sabun mandi, sepotong daging sapi dan sebuah apel sebagai barang yang sangat mahal dan langka, sesendok selai strawberry aja mereka udah berebut kayak rebutin duit segepok, hehe... Sol, seorang kakek tua rekan Frank, selalu bernostalgia mengucap pada jamannya kecil dulu masih didapati sayuran segar. Ya, di film ini komoditas sembako hanya dimiliki oleh orang-orang kaya saja karena sulit didapat dan harganya sangat mahal. Lalu, apa dong makanan mereka? Mereka makan makanan instan yang diproduksi oleh Soylent Corporation. Soylent Green adalah produk terbaru dari perusahaan tersebut. Dan kalian kalian pengen tahu terbuat dari apa? Sebaiknya jangan...huhu... Karena ternyata dibuat dari mayat manusia. WTF! Ya, ketika jumlah manusia sangat banyak dan ketersediaan makanan tidak ada, maka manusia dijadikan “ternak” yang diolah menjadi makanan. Hueekkkhh... Ada satu hal lagi yang juga miris, bagi yang sudah tidak tahan lagi hidup di jaman overpopulasi itu, ada fasilitas yang menyediakan layanan “bunuh diri”, absurd gila!

Gambar : imdb.com
Film ini sendiri telah saya review dalam artikel Review Film WALL-E (2008) : Animasi Fun Namun Satir Harusnya Kita Malu. Untuk lengkapnya bisa dibaca disana. Film animasi ini banyak mendapat apresiasi positif karena pesan dan kritik yang disampaikan mengenai gaya hidup manusia. Secara langsung memang film ini tak menyebutkan kata overpopulasi, tapi kita dapat menyimpulkan sendiri bahwa apa yang terjadi disana adalah tentu akibat dari overpopulasi. Apa itu? Sampah yang begitu banyak hasil dari konsumsi manusia yang banyak juga kan? Makin banyak penduduk tentu produksi sampah makin banyak. Akibat sampah yang terlalu banyak, bumi sudah tidak layak ditempati lagi. Kehidupan organis tak bisa bertahan hidup karena sampah membuat polusi udara mengakibatkan oksigen yang tipis serta sinar matahari tak dapat menembus langit bumi sehingga proses fotosintesis ga pernah terjadi. Memaksa manusia untuk pergi meninggalkan bumi dan hidup diawang-awang dalam pesawat luar angkasa bernama Axiom. So, film ini menurut saya layak untuk dijadikan referensi gimana keadaan bumi jika overpopulasi.

Film yang berhasil masuk nominasi Oscar ini beda dengan yang lainnya karena benar-benar diangkat dari kisah nyata. Meskipun tak semuanya tentang overpopulasi, tapi alasan yang menjadi latar dari karakter keluarga di film ini adalah masalah overpopulasi. Berkisah tentang seorang anak India berusia 5 tahun bernama Saroo, yang tak sengaja terpisah dari abangnya dan kemudian malah terlantar terbuang jauh dari rumahnya. Kemudian lika-liku hidup yang dijalaninya sungguh dramatis, menderita dan mendapat masalah pada awalnya, namun beruntung dapat diadopsi oleh pasangan suami istri yang ramah dari Australia, Sue (Nicloe Kidman) dan John (David Wenham). Perlahan Saroo berhasil menjadi anak yang baik, pintar dan berbakti pada orang tua angkatnya itu hingga ia dewasa berusia 20an dan diperankan oleh Dev Patel. Berkat saran temannya, dia mendapat solusi untuk mencari dimana kampung halamannya dengan menggunakan Google Earth.

Kisah nyata yang benar-benar menginspirasi, bagaimana Saroo tak pernah menyerah dan tangguh sedari kecil seperti singa (lion) hingga akhirnya ia berhasil menemukan dan kembali bertemu ibu kandungnya di kampung halamannya. Keramahan dan kesabaran Sue-John juga sepatutnya menjadi contoh kehangatan kasih sayang yang tulus dan Saroo juga tahu bagaimana membalas budi mereka dengan berbakti tak pandang status orang tua angkat. Yang menjadi petunjuk tentang overpopulasi ada 2 hal, yang pertama adalah padatnya penduduk di India dan alasan Sue-John mengadopsi anak akan mengejutkan kita. Mereka berdua adalah pasangan yang super concern tentang masalah overpopulasi, saking concernnya mereka berprinsip untuk tidak membuat anak tapi melainkan mengadopsi anak dari daerah yang kelebihan penduduk. Salute, mungkin hampir tidak ada kita temui pasangan suami istri yang sengaja tidak mau punya anak, sementara Sue-John sudah concer tentang overpopulasi ini di tahun 1980an lho.

Gambar : wikipedia.org
Film ini sudah pernah masuk dalam artikel review saya yang berjudul : Duet Tokoh Sosial Dalam Dunia Perfilman : Sharlto Copley – Neill Blomkamp. Film garapan Sharlto Coplay dan Neill Blomkamp memang identik dengan kritik sosial, termasuk yang ini. Disini yang mereka kritik sebenarnya adalah tentang kesenjangan sosial. Tapi mukadimah filmnya menuliskan bumi sudah sakit, tercemari dan overpopulasi. Scene menggambarkan rumah yang tersusun padat dan kumuh, gedung-gedung hancur tak terawat, warga hidup dalam tingkat kesejahteraan yang rendah, termasuk fasilitas kesehatan. Orang-orang kaya tidak tinggal di bumi, mereka hidup di sebuah fasilitas khusus di luar angkasa bernama Elysium, yang artinya surga. Ya wajar ya, karena memang disana berbeda jauh dengan bumi. Disana asri, infrastruktur bagus, kesejahteraan tinggi dan terutama tersedia fasilitas kesehatan yang canggih. Saking canggihnya, fasilitas itu dapat menyembuhkan penyakit apapun, untuk awet muda juga bisa. Inilah yang menjadi objek utama dalam film, warga bumi berjuang untuk memperoleh fasilitas kesehatan di Elysium. Overall, film yang bintang utamanya Matt Damon ini sangat keren, dystopian action movie.

Well...itulah 10 film yang menurut saya mencerminkan masalah overpopulasi. Beberapa darinya memang menawarkan solusi yang kejam, radikal dan tidak manusiawi. Tapi tentu kita tidak ingin seperti itu bukan, seperti quote super dari bro Ilham ini : “Menyelesaikan masalah manusia itu bukan dengan cara menghilangkan rasa kemanusiaan itu sendiri.”. Maka dari itu, mari dari sekarang, dari diri sendiri, concern terhadap masalah overpopulasi ini dengan mendukung program-program yang mengontrol laju pertumbuhan penduduk. Karena jika kita sayang dengan anak cucu kita maka kita harus memberikan mereka bumi yang layak tinggal juga di masa depan. Sebagai penutup, saya ingat 2 pernyataan dari 2 pejabat negara yang berbeda. Yang pertama ini adalah yang sibuk dengan pembangunan infrastruktur, dia bilang : “Negara yang kuat adalah negara yang infrastrukturnya bagus.”. Sementara pejabat yang kedua ini berkata : “Sebenarnya, yang harus kita lakukan adalah memberikan perhatian dan alokasi lebih kepada program-program pengendalian penduduk. Karena, seberapa banyakpun alokasi yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur adalah percuma, tak akan pernah cukup, kalau saja penduduk terus bertambah.”. Semoga saja pejabat yang pertama sadar, atau pejabat yang kedua dapat menjadi pemimpin tertinggi negara dan merealisasikan ucapannya. Semoga saja kita dapat menemukan solusi yang baik dari masalah overpopulasi ini. Kayak film Downsizing yang akan tayang akhir tahun ini, hihi...liat gih trailernya disini.

Honorable mention : The Purge Trilogy, Waterworld, The Day The Earth Stood Still, Passengers, Downsizing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar