Rabu, 29 Maret 2017

Review Saban's Power Rangers (2017) : Memuaskan Nostalgia Anak 90an

To be honest, kalo saya nontonnya dirumah seperti saat kecil dulu, mungkin saya akan jingkrak-jingkrak saat adegan Morphin Time, hehe... Nostalgia tak dapat dipungkiri, tadinya pada awalnya memang niatan nonton ini dengan perasaan tanpa mengharap apa-apa, nothing to lose, murni nostalgia, ternyata film ini mampu melampaui ekspektasi saya. Perasaan euforia yang sama dengan para ultras Star Wars saat opening scene setiap filmnya yang ada running teks itu lho. Long time no see jadinya berasa sangat greget.


 Power Rangers (2017) Poster
Gambar : rogerebert.com

Ceritanya disini memang lebih berfokus kepada origin story dari Power Rangers di bumi. Bagaimana kelima teenagers ini bertemu satu sama lain dibuat sedemikian rupa agar bisa nyambung. Masing-masing memiliki masalah personality dan family yang cukup menyedihkan. Upaya untuk menjadi Power Rangers pun tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu perjuangan dan pengorbanan yang lumayan lho. Untungnya ada karakter Billy yang tingkah laku dan ucapannya cukup lucu, membuat penonton tertawa-tawa, tapi ketika dalam mode Power Rangers, bagi saya Yellow Rangers adalah scene stealer-nya, saya suka saat adegan dia menendang anak buah Rita Repulsa.


 Power Rangers (2017) Poster
Gambar : tokunation.com

Karena fokusnya adalah origin story, jadi kamu-kamu yang mengharapkan banyak action fighting akan sedikit kecewa, karena tak banyak disajikan. 80% durasi adalah drama dan comedy, dan sisanya baru action di penghujung film. Mereka belum banyak belajar bagaimana menjadi Power Rangers, bahkan untuk mengendalikan Zord pun mereka belum fasih, realistis lah. Sayang, eksekusi yang digunakan sebagai finishing bagi saya kurang smooth, terlalu singkat, lemah dan terkesan buru-buru memaksakan.


Saat dalam mode manusia biasa, melihat lokasi tambang dan interaksi antara cast cukup nyaman dinikmati, sampe bertemu Alpha dan Gordon, visualnya masih biasa saja. Tapi ketika berubah jadi Power Rangers, much better, armor Rangers terlihat real. Pemilihan rotating motion camera saat fighting versus anak buah Rita Repulsa juga asyik, apalagi kesan pertamanya begitu menggoda, pemilihan lokasi fighting perdana sesaat setelah berubah jadi Power Rangers itu sangat tepat bagi saya, karena beda banget melihat koreofighting disana dengan film-film lain yang langsung fighting di area terbuka biasa.

Setiap adegan perdana selalu mampu menaikan hype kami-kami anak 90an yang bertepuk tangan bersorak gembira melihat jagoan kami muncul, apalagi saat para Rangers mulai memakai Zord dan berkumandanglah theme song khas Go Go Power Rangers itu, rasanya best day ever, haha...pengen jingkrak-jingkrak. Hanya VFX para raksasa Goldar vs Megazord aja yang masih terlihat CGI-nya..

 Becky G Power Rangers
Gambar : charismanews.com

Kualitas akting memang dinomorduakan disini, para cast memang masih baru di dunia perfilman, apalagi Becky. G yang notabene adalah penyanyi, Jason sang pemimpin belum mampu memperlihatkan jiwa kepemimpinannya, sementara Zack masih berasa personel boyband korea yang bandel, hanya Billy yang mampu berekspresi lebih. Kimberly dan Trinity bermain aman karena karakternya yang pendiam tak banyak bicara. Tampak beda ketika melihat akting Rita Repulsa yang "menggigit" yang memang diperankan oleh aktris senior berpengalaman Elizabeth Banks (The Hunger Games). Tapi masih bisa diabaikan lah point ini, hehe.

Bagi generasi 90an, hoho,,,wajib dong film ini ditonton...sayang untuk kamu lewatkan, nyesel ntar, haha.. Bagi generasi sekarang, ya beginilah kamu akan tau ini lah masa kecil bahagia kakak-kakakmu, dengan tontonan sederhana, bukan dengan gadget. Kami yang setiap minggu pagi tahan untuk tidak mandi, haha...

<Major spoiler warning> Jangan beranjak dari bangku karena ada post credit scene lho, isinya memungkinkan untuk dibuat sekuelnya dengan menampilkan Tommy, sang Green Ranger, hehe. Yosh...kami tunggu kelanjutannya, kami suka.

JMFC 001 - Om Chan Score
Rate : 7,6/10
Level : Casual Moviegoers

2 komentar: