Jumat, 19 Agustus 2016

Bermain Teka – Teki Dengan Memories Of Murders (Review Film Korea By Nendra Pratama)

Tahun 2003 mungkin adalah tahun kebangkitan sebuah genre yang mengarah pada arah dark dan sedikit twist yang bercampur dengan komedi satir yang dikemas dengan apik. Setelah melihat Oldboy beberapa waktu yang lalu, yang mana telah mengantarkan saya bertemu dengan teman – teman yang asik di blog ini :bighug: saya kembali dipertemukan dengan sebuah film yang bergenre hampir sama namun dengan kadar yang sedikit berbeda, jika Oldboy bermain dalam ranah mindblowing yang kuat dengan aroma pembalasan dendam maka Memories of Murder (MoM) ini menyajikan sebuah thriller yang mengajak kita berpikir dan mencoba menebak apa yang terjadi dan endingnya sangat – sangat motherfather, hahaha.... 

 MoM

Film arahan Bong Joon-Ho ini dibuka dengan seorang anak yang sedang menangkap belalang di areal pesawahan yang indah, lalu datanglah seorang detektif yang menumpang traktor, ini beneran, jadi ceritanya film ini adalah tentang pemecahan kasus pembunuhan berantai yang terjadi pada tahun 1986 di provinsi Gyeonggi, Korea Selatan. Pembunuhan itu sendiri mempunyai beberapa kesamaan yaitu, wanita muda, memakai baju merah dan dibunuh pada saat hujan.


Menonton film ini mengingatkan saya akan film Se7en, karena dua tokoh utama dalam film ini memiliki karakter yang tidak jauh berbeda, seorang detektif lokal bernama Park Doo-man dan seorang detektif yang dikirim dari Seoul untuk membantu menginvestigasi kasus ini yaitu Seo Tae-yoon. Kenapa mereka bertolak belakang? sedikit saya ceritakan, dapat dikatakan bahwa Park Doo-man adalah seorang detektif yang sangat tidak patuh pada prosedur, alih – alih mencari bukti kejahatan dia malah menggunakan kekerasan agar tersangka mengakuinya. Cukup familiar bukan? Sedangkan Seo Tae-yoon adalah seorang detektif yang sangat perfeksionis, apapun yang akan disampaikannya pasti mempunyai dasar yang bisa dipercaya dan sangat mempercayai catatan atau dokumen. Bertolak belakang sekali bukan? Berangkat dari premis pembunuhan berantai lalu tokoh utama yang bertolak belakang lalu apa lagi yang kita harapkan dari film ini? 

MoM adalah satu dari sedikit film yang mencoba mengajak penikmatnya untuk ikut terlarut dalam misteri yang diciptakan, dalam film ini adalah pembunuhan berantai dan itu berhasil, sungguh manis bagaimana sang sutradara dan penulis naskah mengawali film ini dengan mayat yang ditemukan dalam gorong – gorong dengan sedikit petunjuk yang mengarah kepada tersangka, semakin jauh film berjalan semakin banyak kepingan – kepingan petunjuk yang diurai dalam film ini. Dan kita sebagai penonton berhasil diajak untuk berpikir siapa sebenarnya pembunuh tersebut. Dan lebih serunya lagi semakin banyak petunjuk yang terkuak semakin besar misteri yang menganga di film ini.

Film ini juga banyak komedi – komedi satir yang berhasil diselipkan seperti ketika Park Doo-man datang ke sauna hanya untuk memastikan bahwa sang pembunuh tidak memiliki rambut, haha... Dan bagaimana detektif tersebut memberikan sepatu bermerek “nice” yang dia bilang itu “nike” hanya untuk menyogok tersangka salah tangkap dan humor itu bekerja, lalu adalagi adegan ketika putus asa melandasang detektif maka sang detektif pergi ke dukun, yup guys, dukun, di Korea juga ada dukun loh haha...
 MoM
Gambar : filmuforia.co.uk

Pembangunan karakter yang perlahan juga mampu membuat saya sebagai penonton mengenal dan juga turut bersimpati pada setiap kejadian yang memilukan, turut tertawa bersama dan yang pasti juga turut gregetan dan merasa kehilangan ketika tokoh kita mengalami hal – hal buruk.

Diatas semua itu adalah endingnya yang benar – benar memukau, bagaimana sifat manusia yang bisa saja berubah jika segala keadaan yang dipercayainya mngkhianatinya, dokumen tidak pernah berbohong dan benar hanya jika itu sesuai harapan kita, namun jika itu tak sesuai harapan kita maka itulah yang terjadi pada detektif Seo Tae-yoon. Ya, terkadang hidup tak seindah rencana kita. Dan adegan yang paling memorable adalah saat detektif Park Doo-man bernostalgia dengan mendatangi TKP pertama, yaitu digorong – gorong, itu harus kita lihat sendiri agar perasaan itu sampai. 

Spoiler Alert
 
Akhir kata, film ini dibuat bukan untuk memecahkan misteri pembunuhan yang sampai sekarang masih belum terungkap, namun lebih kepada penggambaran karakter detektif dan bagaiman cara mereka mengungkap pembunuhan tersebut. Jika anda berharap bahwa mereka akan berhasil memecahkan kasusnya anda akan kecewa, namun jika anda menyukai misteri dan turut mengambil bagian dalam permainan sang pembunuh, saya jamin anda akan tersenyum puas begitu jajaran cast ditayangkan dilayar. Dan satu hal lagi, jangan percaya review ini, tonton filmya dan berikan pendapat anda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar