Rabu, 15 Juni 2016

Review dan Penjelasan Film Donnie Darko (2001) : Sebuah Film Yang Beda Tentang Konsep Time Travel

Sesuai janji saya kemarin dalam paragraf terakhir artikel review film Eternal Sunshine Of The Spotless Mind yang saya bikin, saya akan melanjutkan review film dengan inisial film “Double D”, ya yang artinya “Donnie Darko”. Saya tertarik untuk mereview film ini karena beberapa alasan. Pertama, karena filmnya memang sangat bagus menurut saya, dari segi cerita maupun kemasan. Kedua, karena film ini merupakan salah satu “Cult Movies”, menurut saya, artinya adalah film yang selalu disebut-sebut orang, ada yang karena bagusnya, ada yang karena kontroversinya, sehingga banyak sekali komentar dan pendapat orang tentang film ini, menjadi perbincangan yang selalu ramai tak putus-putus, namun secara underground, tidak viral, tidak nampak dipermukaan, seperti Fight Club-nya si Tyler Durden, hehe...

Gambar : themoviedb.org

Biasanya film-film Cult Movies begini memang film-film yang tidak terlalu populer seperti film-film superhero atau action, namun dari segi kualitas filmnya sangat berbobot, dikemas secara detail dengan sangat meminimalisir plot hole, sang pembuat cerita atau filmnya sudah pasti tentu berpikir keras untuk membuat segala kemungkinan. Contoh Cult Movie lainnya yang telah saya tonton adalah Inception, Shutter Island dan Cloud Atlas. Bisa diliat setiap ada blog atau website yang membahas film tersebut selalu rame dan banyak isi kolom komentarnya, film tersebut membuat orang-orang punya pendapat dan persepsinya masing-masing. Itulah salah satu indikator atau tanda bahwa sebuah film bagus atau tidak. Kalo udah masuk dalam kategori Cult Movies, biasanya pasti itu film bagus atau punya kontroversi, seluruh dunia membicarakannya, membahasnya, bahkan memujanya sehingga mempunyai fanbase sendiri.

Ketiga adalah alasan yang lahir setelah menontonnya, yaitu film ini memberikan saya sebuah konsep dan filosofi yang beda tentang time travel, sepertinya konsep yang mereka punya tentang time travel lebih bisa saya terima di akal saya ketimbang film-film time travel lainnya. Nanti diparagraf lain dibawah akan saya jelaskan kenapa. "The Philosophy of Time Travel by Roberta Sparrow".


Film ini memang tergolong film berat guys, berat kayak yang nulis nih, hehe...ya berat karena butuh mikir untuk bisa mengerti jalan ceritanya, jadi seperti yang biasa kami lakukan, para Cult Movie Lovers, Saya, Ilham dan Nendra, nonton film begini harus menunggu mood yang tepat, otak harus diservis dulu, kepala dipijit-pijit biar aliran darah lancar, istirahat yang cukup kalo perlu hibernasi dulu, nonton ditengah malam nan hening, haha... Dan sesaat sebelum menontonnya, letakkan handphone atau gadget kamu di dalam tas, kunci rapat-rapat, kalo perlu digembok, biar ga ganggu konsentrasi kamu menontonnya, haha.... 
Gambar : geekifyinc.com

Untuk nonton film ini pertama kalinya, cukup bawa perasaan nothing to lose aja, tanpa beban bahwa kita ga harus ngerti langsung saat itu juga, biarkan saja mengalir, let it flow like a river. Kalo film dah selesai dan kita langung ngerti ya alhamdulillah, kalo belum ngerti silahkan tonton lagi, that where the fun is, disitu letak sensasi kesenangannya berada, sensasi penasaran dan bertanya-tanya adalah sensasi yang beda, yang ga kita dapat kalo nonton film biasa. Sensasi ini seperti nutrisi yang dibutuhkan tubuh, kan beda-beda, misalnya kalo film-film biasa memberikan kita “nutrisi karbohidrat”, maka anggap saja untuk melengkapinya kita juga harus mengkonsumsi film berat yang memberikan “nutrisi protein”, hehe.. Atau jika nonton film horor kata Ridho tuh “senam jantung”, maka film seperti ini bermanfaat untuk “senam otak” agar otot-otot otak kita bekerja dan tidak kaku, hehe...

Pada awalnya, saya ga tau ini film tentang apa, dan juga saya ga mencari tau sinopsisnya, main tonton aja. Yang saya tau hanyalah Donnie Darko ini masuk sebagai salah satu film berat, movie that will will mess with your brain, mind blowing atau mind bending. Dari awal sampai pertengahan film kita sepertinya akan diarahkan untuk menebak bahwa ini film tentang seorang anak yang mengidap penyakit jiwa Schizofrenia (berkepribadian ganda dan halusinasi). Dengan tempo yang cukup lambat, filmnya dominan memperkenalkan karakter Donnie Darko, anak remaja yang sedang dalam masa pengobatan psikiater, suka mimpi berjalan saat tidur, punya teman halusinasi (kelinci gede yang serem pula), dan sulit bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.

Namun itu semua buyar ketika muncul scene yang menunjukkan sebuah buku berjudul The Philosophy Of Time Travel. Seketika itu juga otak saya nih meledak-ledak, curiousity saya sangat besar, sama besarnya dengan si Donnie saat mempelajari isi buku tersebut. Ternyata film ini adalah tentang time travel dan paralel universe. Buku itu adalah primbonnya guys kalo mau paham film ini, terdiri dari beberapa chapter. Di film, memang hanya ditunjukkan paragraf inti dari masing-masing chapter bukunya. Tapi itu sudah sangat membantu penonton untuk mencerna alur cerita filmnya.

Gambar : ifunny.co

Menurut pendapat saya, ini adalah sebuah film tentang time travel namun dengan filosofi yang beda dari film-film time travel lainnya. Dan saya cukup setuju atas pemikiran konsep time travel disini. Duh, ribet memang jelasinnya. Jadi begini, jika kalian beberapa kali pernah menonton film yang ada unsur time travel-nya, pasti kalian tau kalo manusia bisa mengubah masa sekarang atau masa depan dengan cara kembali ke masa lalu, kemudian melakukan apa yang perlu dicegah/diubah, sehingga masa depan pun ikut berubah. Teori “chain reaction” atau reaksi berantai atas perbuatan terhadap sesuatu akan berakibat kepada yang lainnya. Nah teori seperti inilah yang saya belum bisa percaya secara ilmiahnya sampai saat ini..padahal saya suka-suka aja sih nontonnya, hehe...

Sebut saja misalnya film Doraemon, Back To The Future, The Time Machine, Terminator, Predestination, X-Men : Days Of Future Past, dll. Disana, acap kali kita temukan scene yang dengan gampangnya mereka tentukan tanggal, bulan dan tahunnya di masa lalu untuk mereka masuki. Kalo gitu, berarti masa lalu atau masa depan itu punya banyak versi dong ya, akan ada jutaan, milyaran atau bahkan tak terhingga jumlah “copy”-an diri kita dan orang-orang (dunia). Karena kalo dihitung dari tanggal saja, maka akan ada 30 versi kita dalam 1 bulan, atau 365 versi kita dalam setahun, kalikan berapa tahun yang telah dunia lewati sampe jaman purbakala, bisa jutaan tahun kan, hehe... Apalagi kalo pake jam yang dipakai dalam balap Formula 1 yang satu detiknya saja terdiri lagi menjadi se-per-seribu, saya mau kembali ke masa lalu 3 hari lalu, jam 5 sore menit ke 7 dan detik ke 23:741, haha... Jadi akan ada “tak terhingga” jumlah versi copy-an diri kita yang sedang running dan exist di universe lain, terus bisa impact ke versi lainnya, rumit dan akan menjadi sebuah ke-paradox-an yang sangat besar, sesuatu yang tak jelas awal dan ujungnya. Maka dari itu, saya masih tak bisa percayai teori seperti ini. Maaf ya opa Albert Einstein, hehe...but who knows mungkin kedepannya teori mereka akan terbukti atau akan ada teori yang lebih tokcer.

Nah lebih masuk akal bagi saya kalo teori tentang time travel itu seperti apa yang ada dalam film ini, time travel disini pada hakekatnya dibuat seperti Paralel Universe, dalam film disebut dengan istilah Tangent Universe. Menurut pendapat saya, Tangent Universe disini adalah sesuatu yang beda dengan universe yang asli, dia adalah universe yang berdiri sendiri, beda alam, paralel terhadap universe asli. Meskipun beda alam, tapi Tangent Universe ini mempunyai semua komponen di dalamnya sama persis dengan universe aslinya, seperti (memang) sebuah copy-an dari universe asli, makanya saya sebut Paralel Universe, atau bahasa saya Alternate Universe, seperti kamu melihat ke cermin, kan ada copy-an kamu dan benda-benda di cermin. Satu ruang bisa mempunyai beberapa paralel, contohnya ya seperti alam nyata dengan alam gaib, hehe...

Dengan dasar teori tersebut sehingga mereka yang di Paralel Universe ini tetap mempunyai jalan takdir sendiri, tidak berlaku teori chain reaction karena tidak bergantung dan tak terpengaruh dari universe asli maupun sebaliknya, karena tidak terkait. Maka, jika memang ada sebuah portal yang disebut “worm hole” atau “black hole”, portal itu adalah pintu antar dimensi, antar universe yang paralel, bukan merupakan time portal seperti di film-film time travel pada umumnya.

Bisa saja kita pergi ke portal dan masuk ke universe yang copy-an dari dunia asli, yang ber-setting timeline random, masa lalu atau masa sekarang atau masa depan, tapi mereka tidak terikat dengan universe asli kita. Jadi kita bisa saja memiliki banyak versi copy-an diri kita dan dunia, tapi di universe yang berbeda, yang paralel, yang punya timeline dan takdir sendiri. Jadi ga ada gunanya kalo kita pergi ke universe laen yang ber-setting masa lalu dan mengubahnya untuk membuat masa depan di universe kita juga berubah, karena mereka punya universe sendiri yang tidak terikat, ya masa depan universe mereka sendiri lah yang nantinya berubah, sementara kita setelah kembali ke universe kita ya ga ada perubahan apa-apa.

Nah setelah ngoceh panjang lebar, baru deh teringat, supaya kalian paham maksud saya, coba deh tonton film animasi DC Comics berjudul “Justice League – Crisis In Two Earths”. Nah disana ada 2 bumi, di masing-masing universe, universe yang pertama, Earth One, personel Justice Leaguenya pada baek-baek semua, Superman baek, Batman baek, Wonder Woman juga baek. Nah sebaliknya di Earth Two, Justice League-nya punya versi sendiri, meskipun copy-an tapi mereka punya takdir sendiri, disini mereka pada jadi penjahat, untuk mempertegas kesan jahatnya Superman-nya pake celak gothic boook, haha...

Fiuuhhh...ribet yak jelasinnya...pokoknya saya masih berpedoman bahwa “waktu” itu adalah “benda pakai habis”, yang kita liat matahari terbit dan tenggelam berulang-ulang, itu hanyalah sebuah “repetition”, aktifitas yang berulang-ulang, siang berganti malam itu adalah sesuatu yang hanya lewat saja, pakai habis, tidak “tersimpan”. Jika ada jam dan tanggal serta rumus pelajaran fisika yang ada unsur waktunya, itu hanyalah sebuah measurement and documentation tools, alat ukur dan dokumentasi untuk membantu manusia mengarsipkan apa yang telah terjadi, dan memudahkan segala hal urusan pekerjaan manusia. Sementara “waktu” itu sendiri is not exist, tak nyata dan hakekatnya tak bisa diukur. Jadi saya masih ga percaya ama yang namanya bisa time travel ngubah masa lalu atau masa depan, belum ada teori yang bisa saya terima dengan baik, hehe... Kita menua karena waktu itu bagi saya dalam artian ukuran, bukan benda. Kulit yang keriput, tulang yang keropos, jantung yang melemah, tubuh yang menurun performa itu semata karena pemakaian. Coba lihat yang astronot hibernasi, "tubuh" yang ga dipakai, mereka berhenti menua. You see...hehe.

Dalam film ini, berdasarkan buku The Philosophy Of Time Travel, sebuah universe yang paralel dapat tercipta kapan saja, dan disebut dengan istilah Tangent Universe. Jika tercipta, Tangent Universe ini hanya “hidup” sesaat, hanya berlangsung dalam hitungan pekan, yang kemudian akan hilang dengan sendirinya. Nah, plot cerita bermula ketika tepat jam 00.00 tanggal 2 Oktober 1988, sebuah Tangent Universe tercipta. Sementara universe yang asli dalam mode “Pause”, orang-orang yang ada di universe asli akan mempunyai versi copy-an mereka yang melanjutkannya beraktifitas di dalam Tangent Universe. Apapun aktifitas yang terjadi di Tangent Universe ini tidak akan mempengaruhi universe asli, karena berdiri sendiri, dan ini adalah seperti gambaran sebuah alternate reality yang akan terjadi di masa depan. Kalo kalian pernah nonton film Nicholas Cage berjudul “Next”, yang dia punya kemampuan melihat beberapa alternatif kejadian di masa depan, apa yang akan terjadi jika ia melakukan “A”, melakukan “B”, atau kalo kamu ngikutin serial “Agents Of SHIELD”, ini juga seperti kemampuan Raina yang mendapat visual masa depan dari mimpinya.

Dalam alternate reality ini sang tokoh utama, si Donnie Darko melakukan apa yang disebut “cheat the death”, dia terhindar dari kematian. Pada dini hari tanggal 2 Oktober 1988 tadi, sebuah mesin jet (baling-baling) pesawat jatuh tepat menimpa kamar Donnie, namun saat itu Donnie sedang mimpi berjalan dan keluar rumah. Selamet deh dia ga jadi mati. Pada malam itu dia berjalan keluar disebabkan oleh adanya bisikan dari makhuk khayalannya yang berbentuk kelinci raksasa yang bermuka serem, yang kemudian diketahui namanya adalah Frank.

Cheat The Death dikutip dari pepatah romantis yang saya dapat dari film Leap Year, “May you never steal, lie or cheat, but if you must steal, then steal away my sorrows, and if you must lie (bohong), lie (baring) with me all the nights of my life, and if you must cheat, don’t cheat on me, please cheat the death, because I don’t wanna live a day without you”

Frank berkata kepada Donnie bahwa dunia akan kiamat dalam 28 hari kedepan karena adanya collapse atau kecacatan dalam Tangent Universe yang jika tidak diperbaiki akan berdampak pada universe yang asli. Sejak saat itu, Frank beberapa kali hadir dalam khayalan Donnie, ia membisikkan apa yang harus Donnie lakukan. Donnie pun menurutinya, setiap hasil dari apa yang dilakukan Donnie akan membuat sebuah alur cerita sendiri, mulai dari dia berkenalan dengan seorang gadis di sekolahnya bernama Gretchen, hingga ibu dan adiknya yang berpergian keluar kota. Gretchen diperankan oleh Jena Malone guys, sumpeh...liat Jena Malone disini beda banget, I never knew Jena Malone was so cute until I saw her in Donnie Darko, hehe.. Pas disekolah, lagu yang diputar asyik juga, Head Over Heels by Tears For Fears. Overall lagu-lagu jadulnya disini oke-oke bagi saya, pas opening scene juga ada lagu The Killing Moon dari Echo and The Bunnymen dan Notorius dari Duran Duran pas Sparkle Motion dancing.


Gambar : pinterest.com

Dengan kehadiran karakter Gretchen disini, film ini menjadi sangat romantis bagi saya. Bagaimana interaksi pasif diantara mereka justru di ending bisa menyajikan suatu romantisme yang sanggup berada di level yang sama dengan romantisme Jack dan Rose di film Titanic, hehe... Disamping romantis, film ini juga religius, menyisipkan perubahan prinsip seorang yang Agnostik. Agnostik adalah seorang yang percaya adanya Tuhan, tapi belum pernah melihat atau belum percaya bukti adanya Tuhan.

Film ini dirancang dengan sangat kompleks, masing-masing tokoh atau karakter di dalamnya mempunyai peranan yang penting, mulai dari personel keluarga Donnie, murid dan guru di sekolah, psikolog, motivator, hingga tetangga, apalagi si Grandma Death, sama pentingnya peran dia seperti Donnie sendiri, meskipun aktingnya cuma ngecek kotak surat, hehe... Jadi tak hanya tokoh utamanya saja yang penting. Jika satu saja diabaikan, maka film ini akan menjadi cacat. Ibarat sebuah puzzle memang, film ini terpecah menjadi beberapa bagian potongan puzzle, yang harus kita collect lengkap, tanpa satupun tertinggal. Dan untuk mengerti ceritanya, potongan puzzle tersebut harus kita letakkan pada posisi yang pas, yang semestinya, hingga kita dapati gambar keseluruhan puzzle yang telah disusun, itulah ceritanya yang kita mengerti.

Sang film-maker sepertinya memang sengaja membuat film ini menjadi perbincangan orang-orang, membiarkan penonton mempunyai persepsi dan pendapat masing-masing. Well done, ente berhasil, Richard Kelly.

[WARNING : MAJOR SPOILER ALERT]

Di ending alternate reality ini, di hari ke-28, Donnie akhirnya mendapati situasi yang sangat sedih, dimana Gretchen yang akhirnya menjadi pacarnya, tewas ditabrak oleh Frank, iya si Frank makhluk kelinci khayalan si Donnie itu, ternyata itu adalah seorang pria bernama Frank (temen kakaknya Donnie) yang sedang memakai kostum kelinci dalam pesta Helloween. Frank itu tak sengaja menabrak Gretchen, Donnie yang kesal kemudian menembak Frank sehingga Frank mati. Nah Frank yang mati ini melakukan time travel ke hari pertama, ya itu dia yang membisikkan Donnie untuk keluar mimpi berjalan untuk menghindari kejatuhan mesin pesawat. Jadi seolah-olah Frank ingin menunjukkan kepada Donnie bahwa jika Donnie menghindari kejatuhan mesin jet, maka ini lah masa depan yang akan terjadi, masa depan suram, dimana Donnie kehilangan orang-orang yang dicintainya.

Mengetahui hal ini, Donnie pun akhirnya menyadari apa yang dimaksud oleh si Frank. Tangent Universe berakhir di hari ke-28 itu, semua kejadian yang ada di alternate reality tadi menjadi sebagai sebuah mimpi bagi orang-orang di universe asli, lihat saja Frank meraba mata kanannya yang tertembak di Tangent Universe, pas scene ini nih lagu backsound-nya menyentuh banget, judulnya Mad World by Gary Jules. Universe asli yang tadi sedang dalam mode “Pause”, kini kembali “Play” tepat di jam 00.00 tanggal 2 Oktober 1988. Donnie yang sedang baring di kamarnya tersenyum-senyum, percaya bukti keberadaan tuhan dan mengikhlaskan dirinya tertimpa mesin jet sebagai sebuah pengorbanan untuk orang-orang yang disayang, kematian yang ada di alternate reality menjadi tak pernah terjadi, so sweet and so sad...

Sangat menarik melihat apa yang tersaji untuk mengarahkan ke ending ini, dengan penjelasan per chapter dari buku The Philosophy Of Time Travel. Selain tentang Tangent Universe yang sudah saya jelaskan diatas, buku ini juga menyebutkan bahwa ciri-ciri terciptanya sebuah Tangent Universe adalah munculnya sebuah benda yang terbuat dari logam, dalam hal ini adalah mesin jet pesawat. Karena benda tersebut bukan milik Tangent Universe, maka benda tadi harus disingkirkan dari Tangent Universe agar tidak collapse. Itulah tugas Donnie yang menggunakan kekuatan telekinesis, mengambil mesin jet pesawat dan menghantarkannya ke worm hole. Kenapa Donnie punya kekuatan itu juga dijelaskan dalam buku bahwa seorang yang terpilih sebagai The Living Receiver, akan mempunyai kemampuan supernatural. Well, it’s all explained in the books. The Philosophy Of Time Travel by Grandma Death.
JMFC 001 – Om Chan

Gambar : quotespop.com

4 komentar:

  1. nah, kurang dikit bang, didalam pesawat yg baling2 jatuhkan ada adek sama maknya donnie, jadi selain cinta, dia juga berkorban buat keluarga

    BalasHapus
  2. Yes..bner skali broh..thank you telah menambahkan.. Nambahin lagi : Dia senyum2 tlh percaya adanya bukti keberadaan/kekuasaan Tuhan. Soal time travel yg rumit di film2 lain ya sprti mnjdi time travel paradox, ssuatu yg ambigu, ga jls ujung/awalny, itulah kelemahan teori time travel di film lain.

    BalasHapus
  3. Akhirnya ge bisa tidur dengan tenang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha..segitunya bro.. emg sblumnya kepikiran gmn?

      Hapus